-->

Peran dan Nilai-nilai Perjuangan Bung Karno dan Bung Hatta sebagai Proklamator

sumber : Wikipedia.com


1. Ir. Soekarno (Bung Karno)
Peran Bung Karno sebagai proklamator  (pada saat perumusan teks proklamasi dan pembacaan Teks proklamasi) 

Perumusan Teks Proklamasi
Perumusan teks proklmasi yang terjadi pada malam tanggal 17 Agustus tepatnya sekitar pukul 23.00 WIB di rumah Laksamana Maeda Jl. Bondjol No I (sekarang menjadi kediaman resmi Duta Besar Inggris). Sebelum terjadi peristiwa perumusan Teks Proklamasi Bung Karno dan Bung Hatta sempat di culik/diamankan oleh golongan muda ke Rengasdengklok.

Peristiwa Rengasdengklok dilatarbeakangi dengan adanya perbedaan pendapat anatara golongan tua dan golongan muda. Golongan tua diantaranya ada Ir Soekarno didalamnya berangapan kemerdekaan Indonesia dilaksanakan pada 24 Agustus 1945 sesuai dengan janji Jepang dengan petimbangan agar tidak terjadi pertumpahan darah nantinya. Sedangkan golongan muda menginginkna kemerdekaan dilakukan secepat mungkin dan tidak melibatkan pihak Jepang.


Perbedaan pendapat itu telah telah membawa golongan muda kepada tindakan berikutnya, yaitu mengamankan Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta ke Rengasdengklok. Tindakan tersebut berdasarkan keputusan rapat yang diadakan pada jam 24.00 menjelang tanggal 16 Agustus 1945 di Cikini 71 Jakarta. Dalam keadaan tersebut diyakini golongan muda mendesak Ir. Soekarno dan Moh Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya. Juga oleh Sukarni dijelaskan agar di Rengas dengklok ini kedua tokoh tersebut harus menyatakan kemerdekaan atas nama bangsa Indonesia. Jika tidak dilaksanakan, pemberontakan melawan setiap penghalangan kemerdekaan akan terjadi. Akan tetapi sikap Ir. Soekarno dan Drs. Moh Hatta tidak berubah. Karena itu Jusuf Kunto diutus ke Jakarta untuk melporkan dan merundingkan dengan tokoh yang ada disana. Tetapi yang ditemui hanyaah Kaigun terutama Mr. Ahmad Subarjo.

Antara Subarjo dan Wikana terdapat kata sepakt bahwa proklamasi kemerdekaan harus diadakan di Jakarta, dimana Laksamana Maeda menjamin keselamatan mereka di Rumahnya. Karena itu Jusuf Kunto membawa Subarjo dan Sudiro untuk ke Rengasdengklok untuk menjemput Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan Jaminan tersebut komandan Kompi Peta setempat Cudanco Subeno melepaskan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta  untuk kembali ke jakarta. Sesampainya di Jakakarta pada jam 23.00 WIB rombongan menuju rumah Laksamana Maeda di Bondjol No I, ditempat inilah naskah proklamasi di susun.

Para pemuka Indonesia yang hadir dalam permusan teks proklamasi berkumpuldalam dua ruangan yaitu “ruang makan” dan “serambi depan”. Mereka yang merumuskan berada di ruang makan yakni, Ir. Soekarn,  Drs. Moh Hatta dan Mr. Ahmad Subarjo. Pada saat itu Soekarno memegang pena dan menuliskan teks proklamasi terdiri dari dua kalimat. Pertama Bung Karno menuliskan kata “PROKLAMASI”. Selanjutnya Ahmad subarjo menyebut Kalimat pertama berbunyi “KAMI BANGSA INDONESIA DENGAN INI MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA” yang dikutip dari piagam Jakarta yang berbunyi “Atas berkat rahmat Allah maka rakyat ini menyatakan kemerdekaanya”. Kemudian Drs Moh Hatta mengucapkan kalimat kedua yang berbunyi “HAL-HAL YANGBMENGENAI PEMINDAHAN KEKUASAAN DAN LAIN-LAIN DISELENGARAKAN DENGAN CARA SAKSAMA DAN DALAM TEMPO YANG SESINGKAT-SINGKATNYA”. Kemudian sebagai penutup Ir. Soekarno menuliskan Djakarta 17-8-’05 wakil2 Bangsa Indonesia. Dari perumusan yang ada kemudian dibacakan didepan para hadirin dan disetujui. Lantas dipilihlah Soekarno Hatta sebagai presiden dan wakil presiden Indonesia melalui proses musyawarah.

Teks Proklamasi kemudian diserahkan kepada Sayuti Melik untuk diketik, dan adabeberapa perubahan yaitu kata “tempoh” diganti “tempo”, “wakil bangsa Indonesia ” menjadi “atas nama bangsa Indonesia”.kemudian teks tersebut dikenal sebagai teks Otentik.

Proklamasi Kemerdekaan
Pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945 di halaman kediaman Bung karno di Jalan Pegangsaan Timur (sekarang jalan Proklamasi) No 56 Jakarta, jam 12 siang (waktu Tokyo) atau jam 10.30 waktu Jawa jaman Jepang, atau jam 11.00 WIB teks proklamasi dibacakan oleh Ir. Soekarno dengan didampingi Moh. Hatta. 

Penandatanganan teks Proklamasi atasa nama Bangsa Indonesia yang dipercayakan kepada Soekarno Hatta disebabkan kedua tokoh tersebut merupakan dua tokoh yang tidak bisa dipisahkan (dwi tuggal) dan menjadi inti/roh dari setiap perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan. Hal tersebut terbukti pada saat perumusan teks proklamasi di Rumah Laksamanan Maida. Setelah selesai penyusunan tekas proklamasi, maka teks proklamasi tersebut dibacakan dihadapan pemuka-pemuka yang sebagaian besar adalah anggota PPKI, dan akhirnya teks tersebut disetujui. Akan tetapi pada saat itu timbulah persoalan tentang siapa yang menandatangani teks proklamasi tersebut. Cairul Saleh tidak setuju apabilayang menandatangani adalah anggota PPKI dengan alasan karena pertimbangan anggota PPKI sebagaian besar diangkat oleh Jepang. Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta atas nama bangsa Indonesia dan semua hadirin menyetujui usulan tersebut.

Adapun bunyi teks proklamasi sebagai berikut:

PROKLAMASI
Kami bangsa Indonesia dengan ini menjatakan Kemerdekaan Indonesia.
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekuasaan d.l.l., diselengarakan dengan 
tjara saksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.

Djakarta, hari 17 Boelan 8 tahoen 05.
Atas nama bangsa Indonesia


      Soekarno/Hatta
   
Nilai-nilai perjuangan Bung Karno sebagai Proklamator
Setiap  warga  NKRI semestinya   mengingat sejarah Indonesia. Sekaligus   tidak  melupakan sejarah perjuangan dan peran Bung Karno pada masa prakemerdekaan, kemerdekaaan dan awal menggerakkan roda NKRI. Dengan demikian kita akan memahami Bung Karno dan nilai  yang diperjuangkan. Adapun  filosofi perjuangan Bung Karno tidak lepas dari nilai-nilai.

Kebangsaan/Nasioonalisme
Semangat cinta tanah air dan semangat jauang Soekarno begitu besar, dengan perjuanganya dan sering keluar masuk penjara itu tidak membuat dia jera akan tetapi tetap berjuang dan akhirnya bisa membawa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945

Menjunjung persatuan
Bung Karno memahami ke Indonesiaan, yang sekaligus kemajemukannya. Sehingga dengan segala pemikirannya Bung Karno mencanangkan NASAKOM sebagai gambaran bahwa  di Indonesia telah ada berbagai macam pemikiran, agama serta kepercayaan yang sebetulnya bisa dipersatukan. Menurut saya inilah kejujuran dan sikap obyektif Bung Karno dalam melihat pluralism Indonesia.

Kerakyatan
Sikap yang komitmen pada nasib rakyat. Khususnya kaum tani dan buruh.  Wong Cilik memang berada di lapisan buruh dan petani , dari dahulu hingga sekarang. Karenanya Bung Karno melahirkan Marhaenisme, aliran pemikiran kerakyatan khas Indonesia.

Kemandirian
Pada hakikatnya adalah Indonesia jangan  bergantung pada negara asing. Terlebih kepada Jepang (saat itu). Maka relevan ketika Bung Karno menggagas  konsep BERDIKARI (Berdiri di atas Kaki Sendiri).


Religius
Religius adalah ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan anajaran agama yang dianut. Hal tersebut tercermin dalam setiap gerak-gerik Bung Karno, dalam perjuangannya untuk memerdekakan Indonesia Soekarno juga tidak lupa untuk mendekatkan diri dan meminta petunjuk dari Allah.

Disiplin
Disiplin adalah kebiasaan dan tindakan  yang  konsisten  terhadap segala bentuk peraturan atau  tata tertib yang berlaku. Hatta adalah seorang tokoh yang     konsisten dengan pendiriannya, baik sebagai negarawan sejati, maupun sebagai manusia biasa.

Kerja Keras
Karena kebenciannya pada kolonial Belanda dan kecintaanya pada tanah leluhurnya itulah ia bekerja keras berjuang memerdekakan Indonesia. Bung Karno sering keluar masuk penjara, diasingkan, dan diancam untuk dieksekusi manakala tetap melawan Pihak Kolonial. Akan tetapi Bung karno tetap berjuang keras dan pantang menyerah untuk memerdekakan Indonesia.

Nilai Karakter Demokratis
Hatta dikenal sebagai tokoh yang Demokratis. Demokratis adalah sikap dan cara berfikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. Sewaktu dipenjara dan dipembuangan  Hatta  selalu menekankan pada rekannya agar tetap bersikap  demokratis  sekalipun  berada di pengasingan.

2. Drs. Moh Hatta
Peranan sebagai Proklamator (pada saat perumusan teks proklamasi dan pembacaan Teks proklamasi)
Pada masa pendudukan Jepang, ia menjadi salah seorang pemimpin PUTERA, menjadi anggota BPUPKI dan wakil ketua PPKI. Saat menjabat sebagai wakil PPKI, Moh Hatta dan Sukarno menjadi dwi tunggal yang sulit dipisahkan. Bersama  Bung Karno,  ia juga  pergi  menghadap  Terauchi di Saigon. Setelah pulang,  Moh.Hatta menjadi salah satu tokoh sentral yang terus  didesak  para  pemuda agar  bersama   Sukarno  bersedia  menyatakan proklamasi Indonesia secepatnya.

Penyusunan Teks Proklamasi
Moh. Hatta melibatkan  diri secara langsung  dan ikut andil dalam perumusan teks proklamasi. Moh Hatta juga ikut menyempurnakan teks proklamasi kalimat ke 2 yang berbunyi “hal-hal yang mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselengarakan dengan cara saksama dan dalam tempoh yang sesingkat-singkatnya ”. la juga ikut menandatangani teks proklamasi. 

Proklamasi Kemerdekaan
Pada peristiwa detik-detik proklamasi, Moh. Hatta tampil sebagai tokoh nomor dua dan mendampingi Bung Karno dalam pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan.

Nilai-nilai perjuangan Bung Hatta sebagai Proklamator

Nilai Karakter Demokratis
Hatta dikenal sebagai tokoh yang Demokratis. Demokratis adalah sikap dan cara berfikir yang mencerminkan persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. Sewaktu dipenjara dan dipembuangan  Hatta  selalu menekankan pada rekannya agar tetap bersikap  demokratis  sekalipun  berada di pengasingan.

Nilai Karakter Nasionalisme
Semangat kebangsaan atau nasionalisme, yakni sikap dan tindakan yang  menempatkan  kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau individu dan golongan. Mohammad Hatta adalah seorang Pahlawan Proklamator yang berjiwa Nasionalis. ia bercita-cita membebaskan bangsanya, Indonesia dari  Penjajahan  Kolonial

Nilai Karakter Religius
Religius adalah ketaatan dan kepatuhan dalam memahami dan melaksanakan ajaran agama yang dianut. Bung Hatta dilahirkan pada keluarga yang kental dengan agama. Hal tersebut membawa beliau menjadi insan yang selalu bertuhan. Dalam setiap perjuangan beliau tidak lupa untuk ingat kepada tuhan dan selalu memohon petunjuk untuk memperjuangkan Indonesia agar merdeka. 

Nilai Karakter Cinta Tanah Air   
Cinta tanah air adalah sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa kagum dan bangga, setia, peduli dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya terhadap tanah kelahiran, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

Nilai Karakter Kerja Keras
Karena kebenciannya pada kolonial Belanda dan kecintaanya pada tanah leluhurnya itulah ia bekerja keras berjuang memerdekakan Indonesia. Bersama Bung Karno beliau dijuluki Dwi Tunggal artinya tokoh yang tidak dapat dipisahkan. Perjuangan Bung Hatta juga hampir sama dengan Bung Karno, artinya beliau sering keluar masuk penjara akan tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat Bung Hatta untuk memerdekakan Indonesia.

Nilai Karakter Mandiri
Mandiri  adalah  sikap  dan perilaku yang tidak tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan berbagai tugas maupun persoalan. Namun  hal  ini  bukan  berarti  tidak boleh kerja sama secara kolaboratif, melainkan tidak boleh melemparkan tugas   dan   tanggung   jawab   kepada orang lain.

Sederhana dan baik hati
“Pada tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu itu. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang untuk meminta pertolongan.Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi. Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Padahal, jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sangatlah mudah bagi beliau untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta. Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain.Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri.”

Jujur dan Rendah hati
Ketika Bung Hatta ingin menunaikan ibadah haji di tanah suci, beliau berangkat dengan menggunakan biaya sendiri. Padahal waktu itu Bung Karno telah menawari untuk berangkat menggunakan pesawat terbang yang biayanya ditanggung negara. Tapi, Bung Hatta menolaknya dan lebih memilih untuk naik haji menggunakana biaya sendiri sebagai rakyat biasa.

Penyusun: Gondo Asmoro, S. Pd