Peran kerajaan maritim dalam proses integrasi bangsa
Untuk menjawab soal ini, kita harus terlebih dahulu mencari arti dari integrasi bangsa yaitu sebuah kesatuan dari berbagai kelompok budaya atau kelompok sosial dalam suatu wilayah. Jika kedua kata dipisahkan, yakni integrasi dan bangsa maka diperoleh pengertian “integrasi” adalah kondisi pembauran dari berbagai komponen yang berbeda, yang pembauran ini pada akhirnya akan membentuk sebuah kesatuan yang bulat dan utuh. Sedangkan “bangsa” adalah sebuah cerminan kesatuan di mata dunia. Indonesia atau nusantara yang kita ketahui merupakan negara yang dikelilingi oleh laut, dipisahkan oleh pulau-pulau, memiliki suku bangsa yang cukup banyak, dalam proses integrasi nya dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia. Melalui pelayaran, Kerajaan meritim dahulu dapat menghubungkan antar wilayah kerajaan. Kita contohkan saja kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai salah satu kemaharajaan maritim nusantara yang pada masa kejayaannya hampir menguasai seluruh Indonesia. Dengan kemampuan besar yang dimiliki, peristiwa sumpah Palapa bisa dijadikan contoh dimana adanya suatu keinginan dari patih Gajah Mada untuk menyatukan Indonesia. Dengan adanya keinginan tersebut dan proses perluasan daerah yang dilakukan, secara lambat laun proses integrasi bangsa di Indonesia terbentuk. Pernyatuan wilayah yang dilakukan oleh kerajaan maritim tersbut di atas dijadikan dasar kemerdekaan Republik Indonesia oleh para pahlawan bangsa pada masa lalu.
Ciri kerajaan maritim dalam bidang wilayah kekuasaan, bahasa komunikasi
Kerajaan maritim adalah kerajaan yang sangat erat hubungannya dengan laut. Seperti kerajaan Sriwijaya yang merupakan suatu kerajaan pantai, sebuah negara perniagaan dan negara yang berkuasa di laut. Wilayah kekuasaan Sriwijaya disebabkan oleh kebiasaan perdagangan internasional masa kuno yang melalui Selat Malaka, sehingga nantinya berhubungan dengan perdagangan dari Asia Timur (Tiongkok) dan Asia Barat (India), lalu ke Eropa. Didukung dengan letak geografis yang merupakan modal yang baik untuk ikut serta dalam perdagangan internasional tersebut. Sebagai kerajaan maritim yang hidup berdasarkan sektor perdagangan dan pelayaran, penguasa Sriwijaya menguasai jalur perdagangan dan pelabuhan melalui kebiasaan menimbun barang dimana juga mewajibkan kapal-kapal untuk singgah di pelabuhannya untuk memungut bea cukai. Untuk melanggengkan kekuasaannya, Sriwijaya juga melakukan hubungan diplomasi dengan negara-negara adidaya disekitar daerah kekuasaannya dengan tujuan untuk mendapat dukungan dari kerajaan tersebut jika da penyerangan.
Jika di kerajaan Majapahit, Majapahit sendiri dalam rangka menguasai wilayah menggunakan cara ekspansi dengan didukung oleh kekuatan militer. Jika suatu daerah ditaklukkan oleh Majaphit, umumnya Majapahit tidak mencampuri urusan internal daerah tersebut. Majapahit hanya meajibkan daerah taklukkannya untuk mengirim upeti atau uang takluk. Dan bagi wilayah taklukkan yang jauh dari pusat kerajaan, nama besar Majapahit dijadikan sebagai pengaruh bagi daerah tersebut.
Dalam bidang bahasa / komunikasi, kerajaan maritim mempengaruhi penggunaan bahasa dan perkembangan bahasa di Indonesia. berawal dari bahasa Melayu yang sudah menjadi bahasa umum di Nusantara yang dulunya banyak diucapkan di sepanjang Selat Malaka ditambah dengan kekuasaan yang dimiliki Sriwijaya, maka bahasa melayu dijadikan sebagai bahasa perdagangan di berbagai pelabuhan di Nusantara. Selanjutnya pada masa Kerajaan Islam Samudera Pasai dan Malaka, bahasa Melayu diakulturasi menjadi huruf arab melayu dan huruf jawi. Ada teori yang mengatakan bahwa Bahasa Indonesia sendiri yang digunakan sebagai bahasa persatuan sejak 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda berasal dari bahasa Melayu yang telah distandarisasi dan dimodifikasi oleh masyarakat Indonesia dari masa dahulu hingga ditetapkannya dengan nama bahasa Indonesia.
Untuk menjawab soal ini, kita harus terlebih dahulu mencari arti dari integrasi bangsa yaitu sebuah kesatuan dari berbagai kelompok budaya atau kelompok sosial dalam suatu wilayah. Jika kedua kata dipisahkan, yakni integrasi dan bangsa maka diperoleh pengertian “integrasi” adalah kondisi pembauran dari berbagai komponen yang berbeda, yang pembauran ini pada akhirnya akan membentuk sebuah kesatuan yang bulat dan utuh. Sedangkan “bangsa” adalah sebuah cerminan kesatuan di mata dunia. Indonesia atau nusantara yang kita ketahui merupakan negara yang dikelilingi oleh laut, dipisahkan oleh pulau-pulau, memiliki suku bangsa yang cukup banyak, dalam proses integrasi nya dipengaruhi oleh kerajaan-kerajaan maritim di Indonesia. Melalui pelayaran, Kerajaan meritim dahulu dapat menghubungkan antar wilayah kerajaan. Kita contohkan saja kerajaan Majapahit yang dikenal sebagai salah satu kemaharajaan maritim nusantara yang pada masa kejayaannya hampir menguasai seluruh Indonesia. Dengan kemampuan besar yang dimiliki, peristiwa sumpah Palapa bisa dijadikan contoh dimana adanya suatu keinginan dari patih Gajah Mada untuk menyatukan Indonesia. Dengan adanya keinginan tersebut dan proses perluasan daerah yang dilakukan, secara lambat laun proses integrasi bangsa di Indonesia terbentuk. Pernyatuan wilayah yang dilakukan oleh kerajaan maritim tersbut di atas dijadikan dasar kemerdekaan Republik Indonesia oleh para pahlawan bangsa pada masa lalu.
Ciri kerajaan maritim dalam bidang wilayah kekuasaan, bahasa komunikasi
Kerajaan maritim adalah kerajaan yang sangat erat hubungannya dengan laut. Seperti kerajaan Sriwijaya yang merupakan suatu kerajaan pantai, sebuah negara perniagaan dan negara yang berkuasa di laut. Wilayah kekuasaan Sriwijaya disebabkan oleh kebiasaan perdagangan internasional masa kuno yang melalui Selat Malaka, sehingga nantinya berhubungan dengan perdagangan dari Asia Timur (Tiongkok) dan Asia Barat (India), lalu ke Eropa. Didukung dengan letak geografis yang merupakan modal yang baik untuk ikut serta dalam perdagangan internasional tersebut. Sebagai kerajaan maritim yang hidup berdasarkan sektor perdagangan dan pelayaran, penguasa Sriwijaya menguasai jalur perdagangan dan pelabuhan melalui kebiasaan menimbun barang dimana juga mewajibkan kapal-kapal untuk singgah di pelabuhannya untuk memungut bea cukai. Untuk melanggengkan kekuasaannya, Sriwijaya juga melakukan hubungan diplomasi dengan negara-negara adidaya disekitar daerah kekuasaannya dengan tujuan untuk mendapat dukungan dari kerajaan tersebut jika da penyerangan.
Jika di kerajaan Majapahit, Majapahit sendiri dalam rangka menguasai wilayah menggunakan cara ekspansi dengan didukung oleh kekuatan militer. Jika suatu daerah ditaklukkan oleh Majaphit, umumnya Majapahit tidak mencampuri urusan internal daerah tersebut. Majapahit hanya meajibkan daerah taklukkannya untuk mengirim upeti atau uang takluk. Dan bagi wilayah taklukkan yang jauh dari pusat kerajaan, nama besar Majapahit dijadikan sebagai pengaruh bagi daerah tersebut.
Dalam bidang bahasa / komunikasi, kerajaan maritim mempengaruhi penggunaan bahasa dan perkembangan bahasa di Indonesia. berawal dari bahasa Melayu yang sudah menjadi bahasa umum di Nusantara yang dulunya banyak diucapkan di sepanjang Selat Malaka ditambah dengan kekuasaan yang dimiliki Sriwijaya, maka bahasa melayu dijadikan sebagai bahasa perdagangan di berbagai pelabuhan di Nusantara. Selanjutnya pada masa Kerajaan Islam Samudera Pasai dan Malaka, bahasa Melayu diakulturasi menjadi huruf arab melayu dan huruf jawi. Ada teori yang mengatakan bahwa Bahasa Indonesia sendiri yang digunakan sebagai bahasa persatuan sejak 28 Oktober 1928 melalui Sumpah Pemuda berasal dari bahasa Melayu yang telah distandarisasi dan dimodifikasi oleh masyarakat Indonesia dari masa dahulu hingga ditetapkannya dengan nama bahasa Indonesia.
Mengapa pada abad pertengahan di Eropa, agama Nasrani mengalami kejayaan
Abad kegelapan merupakan sebuah zaman antara runtuhnya Kekaisaran Romawi dan Renaisannce atau munculnya kembali peradaban lama. Dari masa sebelum masehi yang kental dengan Filsafat Relativisme (Kebenaran) Sofisme Yunani Kuno, berlanjut ke apa yang kemudian dinamakan Jaman Abad Pertengahan yang berlangsung lama, kurang lebih selama lima belas Abad, dari sekitar Abad I sampai Abad XV M.
Masa ini disebut juga sebagai Era atau masa Medieval atau juga Abad Kegelapan atau Dark Ages) dan dimulai setelah masa Nabi Isa bin Maryam ‘alaihis salam menapakkan kaki di muka Bumi dan berdakwah. Beliau dikenal juga sebagai Isa bin (anak) Maryam, yang dengan sejumlah perkecualian dan catatan perbedaan mendasar adalah hampir dapat dikenal sama juga sebagai Yesus Kristus atau Yesus dari Nazareth dalam khazanah Kristen.
Kegemparan akan datangnya ’Yesus dari Nazareth’ yang tak memiliki ayah dan nasabnya ditahbiskan kepada Maryam (Maria), ibunya, dan dalam hidup singkatnya menampilkan berbagai mukjizat luar-biasa itu, mengguncang peradaban manusia di sekitarnya saat itu, dan banyak orang yang kemudian berspekulasi akan kenyataan ini.
Di masa ini, lahir pula agama Kristen, dan ide-idenya mendominasi relung kehidupan masyarakat Eropa dan pengikutnya, termasuk para Pemikirnya. Dan wajah peradaban Barat pada Abad Pertengahan ini, karenanya, didominasi oleh Filsafat Kristen.
Filsafat Kristen atau Abad Pertengahan ini, antara lain bertokohkan Filsuf Plotinus, (Santo atau Saint) Augustinus atau Augustine, (Saint) Anselmus, Robert Grosseteste, Roger Bacon, Albert Agung, Thomas Aquinas, dsb. Yang kesemuanya sepakat mengedepankan iman dogmatis (tak boleh dibantahi) Kristiani, dan telaahnya pun bersifat religius-dogmatis.Akibat pengaruh hebat dan dominan Agama Kristen yang didominasi oknum kaum Gerejawan dan Monarki Baratnya dengan segala ragam tafsir dogmatisnya.
Dan tak pelak pemanfaatan Platonisme ala Yunani Kuno (dicetuskan Plato) yang mengajarkan bahwa kebenaran itu sudah ada dengan sendirinya dan berpusat kepada Tuhan namun berjenis dan berbungkus baru, yang disebut sebagai Neo-Platonisme, menjadi gencar dan ditahbiskan sepenuhnya tanpa telaah kristis kepada iman Kristiani. Ini, mau tak mau mendukung pula klaim dogmatis akan kebenaran Kristen.
Para ahli Filsuf dan Agamawan mereka di saat itu karenanya teguh bermottokan ”Credo et intelligam” atau ”Keyakinan (keimanan agama) berkedudukan di atas pemikiran (logika), keyakinan mengungguli pemikiran” atau lebih mudahnya, ”Yakini dulu sesuatu, baru carikan alasan untuk menjelaskannya”.
Maka, dengan sendirinya, Akal (di Barat) benar-benar kalah pada masa ini (terutama terlihat pada isi Filsafat dari Plotinus, Augustinus, Anselmus). Bahkan potensi pemanfaatan akal diganti mutlak oleh Augustinus dengan Iman dogmatis, sebelum penghargaan terhadap potensi Akal sempat muncul kembali kemudian pada masa Thomas Aquinas di akhir masa Abad Pertengahan itu.
Dan karenanya pula, Aquinas kemudian ditentangi hebat dan dibenci sebagian besar masyarakat gereja yang terlanjur menjadi pendukung jalur hati iman Kristiani yang dalam hal ini sebagaimana telah disebutkan di atas adalah iman mutlak dogmatis kristiani yang tidak mengindahkan telaah kritis akal.
Ini juga tak pelak menyebabkan masyarakat Barat di masa itu secara luas menjadi percaya dan beriman dogmatis akan ‘rasa hati’ (atau yang adalah agama, Kristen, lebih tepatnya Kristen Katolik, bagi mereka), karena menurut mereka agama adalah rasa hati dan Filsafat adalah pemikiran. Filsafat dan Agama itu sendiri, satu hal yang di masa sesudahnya terutama masa Thomas Aquinas, dicoba untuk disatu-padukan namun menemui sejumlah kendala sampai masa Modern merebak.
Keyakinan Kristiani yang mendominasi di masa Abad Pertengahan ini, menjadikannya tidak boleh atau tidak mudah untuk dapat dikritiki, sekaligus membuat kedudukan mereka yang berada dalam struktur otoritas agamanya menjadi tinggi dan tak dapat disalahkan. Dan karenanya ini juga membuat mereka makmur secara ekonomi juga sebagai pemegang mandat negara dengan mandat Otokrasi dan Teokrasi Kristiani.
Dan kenyataan ini bagi sebagian orang lain, misalnya rakyatnya yang mereka pimpin, artinya juga adalah kesemena-menaan yang diorganisasikan. Kekuasaan absolut negara dan pusat-pusat kesejahteraan masyarakat saat itu dipegang mutlak oleh Gereja dan Kerajaan, dengan pajak sistem Feodalisme berdasarkan tafsir mereka terhadap iman Kristiani dan bahwa Gereja adalah wakil Tuhan di Bumi dan bahwa sistem pemerintahan yang terbenar adalah Kerajaan Kristiani penyokongnya. Golongan Ksatria, dan Raja adalah pelindung rakyat dan rakyat harus membayar pajak kepada mereka yang penafsirannya seringkali dianggap semena-mena oleh rakyat.
Tak pelak juga, maka, perkembangan ilmu-pengetahuan yang biasanya berdasarkan kepada gelitikan pemikiran, rasa penasaran, kebertanya-tanyaan pemikiran pun menjadi lambat pula. Pendeknya, potensi telaah akal pada masa ini dihambati.
Di saat Zaman Kegelapan, segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman Kekaisaran Romawi. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat keputusan adalah para ahli agama. Gagasan tentang Dark Age berasal dari Petrarch (seorang humanis,cendekiawan dan penyair Italia) pada tahun 1330-an. Dia menulis tentang orang-orang yang hidup sebelum dia, ia berkata: "Di tengah kesalahan bersinar seorang genius, mata mereka melihat dengan tajam meskipun mereka dikelilingi oleh kegelapan yang sangat pekat ". Para penulis yang beragama Kristen, termasuk Petrarch sendiri telah lama menggunakan kiasan " terang melawan gelap "untuk menggambarkan" kebaikan melawan kejahatan ". Petrarch adalah orang pertama yang menggunakan kiasan dan memberikan makna sekuler dengan membalikkan penerapannya. Zaman klasik telah lama dianggap sebagai zaman "gelap" karena kurangnya kekristenan yang dilihat oleh Petrarch sebagai zaman "cahaya" karena prestasi dan pencapaian kultural, sedangkan pada zaman Petrarch, diduga kurang prestasi budaya sehingga Petrarch memandangnya sebagai zaman kegelapan (dark age).
Abad pertengahan merupakan zaman dimana Eropa sedang mengalami masa suram. Berbagai kreativitas sangat diatur oleh gereja. Dominasi gereja sangat kuat dalam berbagai aspek kehidupan. Agama Kristen sangat mempengaruhi berbagai kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Seolah raja tidak mempunyai kekuasaan, justru malah gereja lah yang mengatur pemerintahan. Berbagai hal diberlakukan demi kepentingan gereja, tetapi hal-hal yang merugikan gereka akan mendapat balasan yang sangat kejam. Contohnya, pembunuhan Copernicus mengenai teori tata surya yang menyebutkan bahwa matahari pusat dari tata surya, tetapi hal ini bertolak belakang dari gereja sehingga Copernicus dibunuhnya.
Pemikiran manusia pada Abad Pertengahan ini mendapat doktrinasi dari gereja. Hidup seseorang selalu dikaitkan dengan tujuan akhir (ekstologi). Kehidupan manusia pada hakekatnya sudah ditentukan oleh Tuhan. Maka tujuan hidup manusia adalah mencari keselamatan. Pemikiran tentang ilmu pengetahuan banyak diarahkan kepada theology. Pemikiran filsafat berkembang sehingga lahir filsafat scholastik yaitu suatu pemikiran filsafat yang dilandasi pada agama dan untuk alat pembenaran agama. Oleh karena itu disebut Dark Age atau Zaman Kegelapan.
Abad pertengahan merupakan abad kebangkitan religi di Eropa. Pada masa ini agama berkembang dan mempengaruhi hampir seluruh kegiatan manusia, termasuk pemerintahan. Sebagai konsekuensinya, sains yang telah berkembang di zaman klasik dipinggirkan dan dianggap sebagai ilmu sihir yang mengalihkan perhatian manusia dari pemikiran ketuhanan.
Eropa dilanda Zaman Kegelapan sebelum tiba Zaman Pembaharuan. Yang dimaksud Zaman Kelam atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi.
Gelap juga dianggap sebagai tidak adanya prospek yang jelas bagi masyarakat Eropa. Keadaan ini merupakan wujud kekuasaan agama, yaitu gereja Kristiani yang sangat berpengaruh. Gereja serta para pendeta mengawasi pemikiran masyarakat serta juga politik. Mereka berpendapat hanya gereja saja yang pantas untuk menentukan kehidupan, pemikiran, politik dan ilmu pengetahuan. Akibatnya kaum cendekiawan yang terdiri daripada ahli-ahli sains merasa mereka ditekan dan dikawal ketat. Pemikiran mereka pun ditolak dan timbul ancaman dari gereja, yaitu siapa yang mengeluarkan teori yang bertentangan dengan pandangan gereja akan ditangkap dan didera, malah ada yang dibunuh. segala keputusan pemerintah dan hukum negara tidak diambil berdasarkan demokrasi di parlemen seperti ketika zaman kekasiaran Roma. Keputusan tersebut diambil oleh majelis dewan Gereja. Tidak setiap individu berhak berpendapat, karena pada zaman itu yang berhak mengeluarkan pendapat-keputusan adalah para ahli agama. (lihat perilaku kaum Salafy yang kini justru meniru mereka) Bahkan segala sesuatu yang bertentangan dengan penafsiran dewan gereja merupakan pelanggaran hukum berat.
Akibatnya setiap inovasi yang berasal dari kaum ilmuan selalu digagalkan oleh dewan gereja. Ya itu tadi pokoknya bila dewan gereja tidak paham dan tidak memiliki dasar argumen yang kuat di dalam injil maka inovasi tersebut merupakan perkara pelanggaran agama berat. Salah satu yang menjadi korbannya adalah Nicholas Coppernicus yang berakhir tragis akibat teorinya yang mengatakan akibat terlalu banyak intervensi dewan Gereja pada sendi-sendi kehidupan, termasuk juga pelarangan terhadap temuan maupun inovasi baru yang tidak ada pada injil maka akhirnya terjadi stagnasi secara multi dimensi yang lambat laun berimbas pada timbulnya krisis multi dimensi.
Mengapa dark age terjadi di Eropa
Dark age atau Zaman Kegelapan ialah zaman masyarakat Eropa menghadapi kemunduran intelektual dan kemunduran ilmu pengetahuan Menurut Ensikopedia Amerikana, zaman ini berlangsung selama 600 tahun, dan bermula antara zaman kejatuhan Kerajaan Romawi dan berakhir dengan kebangkitan intelektual pada abad ke-15 Masehi. Terjadinya dark age disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya ialah pada masa ini peninggalan ilmu pengetahuan dari zaman Yunani Kuno dianggap sesat oleh para biarawan gereja, dan lain sebagainya.
Pengaruh revolusi industri pada imperialisme
Adanya Revolusi Industri memberi pengaruh kuat terhadap praktek imperialisme dimana digunakan untuk kelangsungan industrinya. Lahirnya imperialisme membawa dampak dimana terjadi perluasan daerah-daerah tempat pemasaran hasil industri, mencari bahan mentah, penanaman modal yang surplus, dan tempat untuk mendapatkan tenaga buruh yang murah.