Di antara manusia-manusia purba lain di Asia yang paling menonjol adalah manusia dari Peking (Tiongkok Utara), yaitu Sinanthropus Pekinensis. Manusia purba ini memiliki karakter fisik seperti Pithecanthropus Erectus. Diperkirakan antara keduanya hidup pada zaman yang sama, yaitu masa Pleistosen awal. Fosil manusia peking ini ditemukan di gua Chou Kuo Tien, dekat Peking oleh ilmuan Pei Wen Chung, kemudian diteliti oleh Prof. Davidson Black, ahli anatomi, tahun 1927. Selain ditemukan fosil manusia purba, ditemukan juga fosil tulang belulang binatang buruan. Berdasarkan hasil penelitian Davidson Black tahun 1933, penelitian dilanjutkan oleh franz Weidenrech ditemukan bukti kuat bahwa manusia Sinanthropus Pekinensis menggunakan peralatan batu sama seperti di Pacitan. Mereka juga hidup di gua-gua dan mereka mencari makanan dengan berburu binatang-binatang besar, seperti kuda, babi hutan, kijang, kerbau, gajah, kera, kuda nil, dan beberapa binatang buas (Samsul Farid dan Taufan Harimurti, 133).
Fosil Ardhipithecus Ramidus ditemukan oleh White dan kawan-kawan pada tahun 1994 di Aramis, Ethiopia, Afrika Timur. Fosil ini berasal dari sekitar 4,4 juta tahun yang lalu. Pada awalnya fosil Hominid ini ditempatkan dalam genus Austrakopithecus dengan sebutan ramidus, kemudian tim White menempatkan fosil ini ke dalam genus baru yaitu Ardhipithecus. Hal ini disebabkan karena ramidus memiliki perbedaan yang sangat besar dengan kelompok Australopithecus. Ardhipithecus memiliki gigi taring bagian bawah dan atas relatif lebih besar dan lapisan email giginya tipis. Mahluk ini masih menunjukkan berbagai ciri primitif seperti moyang hominid atau simpanse (Hermawan, dkk, 76)
3. Orrorin Tugenensis
Orrorin Tugenensis hidup kira-kira 6 juta tahun yang lalu. fosil manusia purba ini ditemukan oleh tim peneliti dari Perancis yang dipimpin oleh Paleontologis Brigitte Senut dan Geologis Martin Pickford, di wilayah Tugen Hills, Kenya Tengah. Para peneliti menemukan lebih dari 11 fosil yang berumur 6,2 sampai 6 juta tahun yang lalu. Manusia purba ini memiliki kombinasi antara sifat manusia dan kera yang khas sehingga para ahli memasukkannya dalam genus baru yang diberi nama Orrorin Tugenensis. Penamaan genus ini berasal dari bahasa lokal yang artinya "manusia asli dari Tugen" (Samsul Farid dan Taufan Harimurti, 134).
4. Ramapithecus Brevirostris
G.E Lewis dari Universitas Yale, tertarik juga untuk mengadakan penelitian di Asia. Pada tahun 1930, di Bukit Siwalik (Pakistan), ia menemukan fosil mahkluk peralihan antara manusia dan kera, tetapi lebih cenderung mengarah ke manusia. Manusia purba yang ditemukan ini diberi nama Ramapithecus Brevirostris (kera Rama yang bermuka pendek).
5. Australopithecus Robustus
Australopithecus Robustus ditemukan di beberapa situs di Afrika Selatan, berasal dari sekitar 2,0-1,0 juta tahun lalu. Tinggi badan sekitar 132 cm bagi laki-laki dan 110 cm bagi perempuan. Mereka hidup di lingkungan savana di hutan kayu. Makanan mereka adalah makanan yang keras, berpasir seperti kacang dan umbi akar, adakalanya juga makan daging (Hermawan, dkk, 78)
6. Australopithecus Anamensis
Australopithecus Anamensis ditemukan di wilayah Timur Kanapoi, Danau Turkana, Kenya, Afrika Timur oleh tim peneliti dari Harvard University pada tahun 1965. Pada saat itu, ditemukan satu lengan tulang yang berasal dari kala Pleistosen yaitu sekitar 4,2-3,9 juta tahun yang lalu. Australopithecus Anamensis memiliki gigi taring yang besar dan lapisan email gigi yang tebal. Tinggi badan anamensis sekitar 151 cm untuk laki-laki dan 105 untuk perempuan. Makanan mereka berupa buah-buahan, biji-bijian dan beberapa makanan keras. Mereka hidup di hutan kayu terbuka dan sungai (Samsul Farid dan Taufan Harimurti, 134).
7. Australopithecus Africanus
Australopithecus Africanus merupakan salah satu manusia purba Afrika paling tua. Diperkirakan hidup antara 2 sampai 3 juta tahun lalu di wilayah Transvaal, Afrika Selatan pada zaman Pliosen. Diperkirakan, Australopithecus Africanus berevolusi menjadi manusia purba yang bergenus homo sehingga Australopithecus Africanus disebut juga sebagai nenek moyang homo sapiens. Namun, ada juga beberapa pendapat dari para ilmuan yang mengemukakan bahwa Australopithecus Africanus merupakan nenek moyang Australopithecus Robustus.
Australopithecus Africanus ditemukan di empat situs di Afrika Selatan, yaitu di Taung tahun 1924, Sterkfontein tahun 1935, Makapansgat tahun 1948, dan Gladyslave tahun 1992. Ilmuan yang menemukan fosil ini adalah Raymond Dart, ahli anatomi asal Australia.
8. Australopithecus Afarensis
Australopithecus Afarensis adalah hominin yang hidup sekitar 3.9 sampai 2,9 juta tahun lalu. Tak jauh berbeda dengan Australopithecus Africanus, manusia purba ini memiliki tubuh yang ramping. Para ilmuan percaya bahwa Australopithecus Afarensis adalah nenek moyang dari manusia purba bergenus Homo yang juga berarti nenek moyang dari manusia modern, yaitu Homo Sapiens. Sampai saat ini, fosil-fosil Australopithecus Afarensis hanya ditemukan di wilayah timur Afrika. Wilayah paling terkenal dengan penemuan Australopithecus Afarensis adalah Hadar, Ethiopia. Disanalah fosil Australopithecus Afarensis betina ditemukan (Samsul Farid dan Taufan Harimurti, 135).
Orrorin Tugenensis hidup kira-kira 6 juta tahun yang lalu. fosil manusia purba ini ditemukan oleh tim peneliti dari Perancis yang dipimpin oleh Paleontologis Brigitte Senut dan Geologis Martin Pickford, di wilayah Tugen Hills, Kenya Tengah. Para peneliti menemukan lebih dari 11 fosil yang berumur 6,2 sampai 6 juta tahun yang lalu. Manusia purba ini memiliki kombinasi antara sifat manusia dan kera yang khas sehingga para ahli memasukkannya dalam genus baru yang diberi nama Orrorin Tugenensis. Penamaan genus ini berasal dari bahasa lokal yang artinya "manusia asli dari Tugen" (Samsul Farid dan Taufan Harimurti, 134).
4. Ramapithecus Brevirostris
G.E Lewis dari Universitas Yale, tertarik juga untuk mengadakan penelitian di Asia. Pada tahun 1930, di Bukit Siwalik (Pakistan), ia menemukan fosil mahkluk peralihan antara manusia dan kera, tetapi lebih cenderung mengarah ke manusia. Manusia purba yang ditemukan ini diberi nama Ramapithecus Brevirostris (kera Rama yang bermuka pendek).
5. Australopithecus Robustus
Australopithecus Robustus ditemukan di beberapa situs di Afrika Selatan, berasal dari sekitar 2,0-1,0 juta tahun lalu. Tinggi badan sekitar 132 cm bagi laki-laki dan 110 cm bagi perempuan. Mereka hidup di lingkungan savana di hutan kayu. Makanan mereka adalah makanan yang keras, berpasir seperti kacang dan umbi akar, adakalanya juga makan daging (Hermawan, dkk, 78)
6. Australopithecus Anamensis
sketsa wajah Australopithecus Anamensis |
7. Australopithecus Africanus
Australopithecus Africanus, manusia purba yang di klaim merupakan nenek moyang Homo Sapiens |
Australopithecus Africanus ditemukan di empat situs di Afrika Selatan, yaitu di Taung tahun 1924, Sterkfontein tahun 1935, Makapansgat tahun 1948, dan Gladyslave tahun 1992. Ilmuan yang menemukan fosil ini adalah Raymond Dart, ahli anatomi asal Australia.
8. Australopithecus Afarensis
Australopithecus Afarensis adalah hominin yang hidup sekitar 3.9 sampai 2,9 juta tahun lalu. Tak jauh berbeda dengan Australopithecus Africanus, manusia purba ini memiliki tubuh yang ramping. Para ilmuan percaya bahwa Australopithecus Afarensis adalah nenek moyang dari manusia purba bergenus Homo yang juga berarti nenek moyang dari manusia modern, yaitu Homo Sapiens. Sampai saat ini, fosil-fosil Australopithecus Afarensis hanya ditemukan di wilayah timur Afrika. Wilayah paling terkenal dengan penemuan Australopithecus Afarensis adalah Hadar, Ethiopia. Disanalah fosil Australopithecus Afarensis betina ditemukan (Samsul Farid dan Taufan Harimurti, 135).