-->

Aktivitas manusia dalam ruang dan waktu

1. Pengertian Sejarah
Kata sejarah berasal dari bahasa arab Syajaratun yang berarti pohon. Bentuk pohon ini kemudian dihubungkan dengan skema dari silsilah keluarga raja dari dinasti tertentu.
 
Kata Syajaratun kemudian diserap dalam bahasa Melayu dengan penyebutannya berubah menjadi Syajarah, dan bahasa Indonesia menyebutnya dengan Sejarah. Kata sejarah disini masih dalam arti semula, yaitu “silsilah” atau “keturunan”.
 
Sejarah diartikan secara sederhana sebagai ilmu tentang asal usul dan perkembangan peristiwa yang telah terjadi. Menurut Taufik Abdullah sejarah dapat dilihat dalam beberapa sisi, yaitu sejarah dapat digunakan sebagai nasehat misalnya dengan mengutip kata-kata Sukarno “jangan sekalisekali melupakan sejarah” ini berarti sejarah adalah sebuah kearifan yang dapat membimbing kita dalam mengarungi hidup saat ini dan merintis hari depan. Sejarah dapat juga dimaknai sebagai “guru” seperti “....sejarah telah mengajarkan pada kita bahwa....”. Dalam bidang filsafat, Hegel mengatakan bahwa “sejarah adalah proses ke arah cita kemanusiaan yang tertinggi”.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memberikan definisi sejarah sebagai berikut:
1. Asal usul, keturunan, atau silsilah.
2. Kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo.
3. Pengetahuan atau uraian tentang kejadian, atau peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau.

Adapun pengertian sejarah menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut:
Herodotus (484-425 SM) mendefinisikan sejarah bukan berkembang dan bergerak lurus ke depan dengan tujuan yang pasti, melainkan bergerak melingkar, yang tinggi dan rendahnya lingkaran disebabkan oleh keadaan manusia itu sendiri.

Ibnu khaldun (1332-1406 M) mendefinisikan sejarah sebagai catatan tentang manusia dan peradabannya dengan seluruh proses perubahan secara nyata dengan segala sebab dan akibatnya.

R.G. Collingwood (1921-1943) mendefinisikan sejarah sebagai penyelidikan tentang hal-hal yang telah dilakukan manusia pada masa yang lampau.

Sartono Kartodirdjo (1921-2007) mendefinisikan sejarah pada hakikatnya dibatasi oleh dua hal, yaitu sejarah dalam arti objektif dan sejarah dalam arti subjektif. Sejarah objektif menunjuk kejadian atau peristiwa itu sendiri. Adapun sejarah subjektif dipengaruhi oleh emosi dan pikiran sejarawan atau penulis sejarah tentang suatu peristiwa.

Muhammad Yamin (1903-1962), mendefinisikan sejarah sebagai ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan dari berbagai peristiwa yang dapat dibuktikan. 

R. Mohammad Ali mendefinisikan sejarah sebagai berikut: 
  • Sejarah adalah keseluruhan perubahan, kejadian, peristiwa, dan kenyataan yang memang benar-benar terjadi di sekitar kita.
  • Cerita tentang perubahan-perubahan itu sendiri.
  • Ilmu yang menyelidiki tentang perubahan-perubahan, peristiwa, dan kejadian yang benar-benar terjadi pada masa lampau
Jika kita simpulkan, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari berbagai peristiwa atau kejadian penting yang terjadi dalam kehidupan manusia pada masa lalu.

2. Konsep Manusia, Ruang, dan Waktu dalam Sejarah
Dalam sejarah terdapat tiga unsur penting, yaitu manusia, ruang, dan waktu. dalam semua peristiwa atau kejadian, manusia adalah pelaku dari semuanya. Peran manusia sangat menentukan dalam setiap peristiwa sehingga setiap kajian tentang peristiwa akan selalu melibatkan manusia didalamnya.  Sejarah yang kita jadikan pengetahuan atau sebagai bahan kajian adalah sejarahnya manusia.
Peristiwa ataupun kejadian dari masa lalu selalu berlangsung dalam batasan ruang atau tempat tertentu. Unsur ruang yang menjadi tempat terjadinya peristiwa akan memberikan gambaran jelas kepada kita bahwa peristiwa itu memang ada dan nyata.
 
Adapun waktu akan menjadi batasan tempral dari setiap peristiwa yang telah terjadi atau perjalanan hidup manusia. Sejarah manusia tidak dapat terlepas dari waktu. Hanya manusa yang memiliki kesadaran akan waktu sehingga hanya manusia yang mempunyai sejarah. konsep waktu dalam sejarah meliputi dua hal, yaitu 1) proses kelangsungan dari suatu peristiwa dalam batasan waktu tertentu, dan 2) kesatuan kelangsungan waktu, yaitu waktu pada masa yang lampau, sekarang, dan yang akan datang.
 
Cara Berpikir Kronologis Dalam Mempelajari Sejarah
Sejarah mengajarkan kita cara berpikir kronologis, artinya berpikirlah secara runtut, teratur, dan berkesinambungan. Konsep kronologis akan memberikan kepada kita gambaran yang utuh tentang peristiwa atau perjalanan sejarah dari tinjauan aspek tertentu. Tujuannya agar kita dapat dengan mudah menarik manfaat dan makna dari hubungan antarperistiwa yang terjadi.
 
Dalam sejarah dikenal kronologi, yang secara etimologis berasal dari bahasa Yunani, yaitu chronoss dan logos. Kedua kata itu bermaksud uraian/ilmu tentang waktu. jadi, kronologi adalah ilmu tentang waktu yang membantu untuk menyusun peristiwa-peristiwa atau kejadian sejarah sesuai urutan waktu terjadinya. Peristiwa sejarah dimulai sejak keberadaan manusia di muka bumi. Untuk itu, diperlukan adanya pembagian waktu dalam sejarah yang dapat ditinjau dari berbagai aspek.
 
Cara berpikir kronologis dapat mempermudah kita dalam melakukan rekonstruksi terhadap semua peristiwa masa lalu dengan tepat. Kronologi sangat penting agar terhindar dari anakronisme. Anakronisme adalah ketidakcocokan dengan zaman tertentu. Kronologi juga membantu kita agar dengan mudah dapat menghubungkan dan membandingkan peristiwa sejarah yang terjadi di suatu tempat yang berbeda, tetapi dalam waktu yang sama.
 
3. Cara Berpikir Diakronik Dalam Mempelajari Sejarah
Secara etimologis, kata diakronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu dia dan chronoss. Dia mempunyai arti melintas, melampaui, atau melalui, sedangkan Chronoss berarti waktu. jadi, diakronik berarti sesuatu yang melintas, melalui, dan melampaui dalam batasan waktu.
 
Jika dikaitkan dengan sejarah, sesuatu yang dapat melintas, melalui, atau melampaui tersebut adalam peristiwa atau kejadian. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa sejarah merupakan kumpulan peristiwa. Setiap peristiwa yang terjadi tersebut dibatasi oleh waktu.
 
Cara berpikir diakronik akan mengajarkan kepada kita untuk lebih teliti dalam mengamati gejala atau fenomena tertentu, terhadap peristiwa atau kejadian pada waktu tertentu.
 
Masih berhubungan dengan pembatasan waktu, sejarah mengenal istilah periodisasi, yakni pengklarifikasian peristiwa-peristiwa sejarah dalam tahap-tahap dan pembabakan tertentu. Sebelum menyusun periodisasi, para sejarawan akan membuat klarifikasi peristiwa yang akan menjadi kajiannya, dan membuat kesimpulan-kesimpulan pada setiap periode. Periodisasi dalam sejarah diperlukan karena penting bagi kita agar dapat mengadakan tinjauan secara menyeluruh terhadap peristiwa-peristiwa yang telah terjadi dan saling berhubungan dalam berbagai aspek.
Periodisasi bertujuan membuat klasifikasi dalam sejarah sehingga akan memudahkan kita memahami peristiwa-peristiwa sejarah secara kronologis. Melalui priodisasi, kita menjadi mudah untuk memahami hal-hal yang terkait dengan:
1. Kesinambungan antarperiode
2. Kemungkinan terjadinya fenomena yang berulang
3. Perubahan yang terjadi dari periode awal hingga ke periode selanjutnya

Masih berkaitan dengan waktu, dalam sejarah kita juga dikenalkan dengan istilah kronik. Kronik adalah catatan peristiwa menurut urutan waktu kejadiannya. Kronik berupa catatan perjalanan yang ditulis oleh para musafir, pendeta, dan pujannga pada masa lalu. mereka pada umumnya menulis tentang peristiwa, kejadian, hal-hal yang menarik perhatian dan mengesankan yang mereka temui di suatu tempat dan pada waktu tertentu.

4. Cara Berpikir Sinkronik Dalam Mepelajari Sejarah
Kata sinkronik berasal dari bahasa Yunani, yaitu Syn yang berarti dengan dan chronoss yang berarti waktu. adapun dalam KBBI, sinkronik diartikan sebagai segala sesuatu yang bersangkutan dengan peristiwa yang terjadi pada suatu masa.
 
Kajian sejarah secara sinkronik artinya mempelajari peristiwa sejarah dengan segala sapeknya pada masa atau waktu tertentu secara mendalam. Lebih lengkapnya dapat dijelaskan bahwa konsep sinkronik dalam sejarah adalah cara mempelajari atau mengkaji,pola-pola, gejala, dan karakter dari sebuah peristiwa sejarah pada masa tertentu. Secara umum, sinkronik mempunyai ciri-ciri:
1. Mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa tertentu.
2. Menitikberatkan kajian peristiwa pada pola-pola, gejala, dan karakter.
3. Bersifat horizontal.
4. Tidak ada konsep perbandingan.
5. Cakupan kajian lebih sempit dari diakronik.
6. Kajiannya sistematis.
7. Sifat kajian mendalam.

Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa sinkronik dalam sejarah adalah kajian yang lebih menitikberatkan pada penelitian gejala-gejala yang meluas dari sebuah peristiwa tetapi dengan waktu terbatas.

sumber:
1.     Hapsari, Ratna dan M. Adil. 2016. Sejarah Indonesia Untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga. (Hal. 6-14)