Perang Salib
Islam semenjak masa
khalifah Umar bin Khattab pada tahun 637 hingga dinasti Fatimiyah telah
menjadikan Yerussalem sebagai kota dibawah kekuasaan Islam dan selanjutnya
mulai abad ke-8 masehi sudah mulai terjadinya ekspansi penyebaran Islam
ke benua eropa dengan cara damai dan cara penaklukkan wilayah yang dilakukan
oleh beberapa dinasti Islam seperti yang terjadi di wilayah-wilayah asia kecil
dan levant. Pada tahun 1071 Masehi terjadi peperangan antara Romawi Timur
dengan dinasti Saljuk dimana pasukan dibawah komando raja Alexios I mengalami
kekalahan telak. Demi menutupi gencarnya penyebaran Islam di eropa, Paus
Urbanus II menyerukan agar para raja di tanah eropa bersatu berperang di bawah
salib suci dengan tujuan merebut kembali tanah-tanah yang telah dikuasai oleh
umat Islam dan merebut kembali tanah suci tiga agama Yerussalem ke tangan umat
kristen di bawah kekuasaan Byzantium. Melalui perintah dari Paus Urbanus II dan
usaha dari raja Byzantium Alexios I yang mengajak para raja-raja Kristen eropa
untuk bersatu membebaskan Yerussalem yang mereka anggap telah dijajah, maka
pada tahun 1095 melalui pidato Paus Urbanus II dihadapan masyarakat Perancis di
Clermont mengajak masyarakat untuk melaksanakan perang suci yang dinamakan
Perang Salib.
Pada musim gugur tahun
1096, pasukan salib pertama kali berangkat menuju Yerussalem dengan menggunakan
rute berbeda, ada yang menggunakan jalur darat dan ada juga yang menggunakan
jalur laut. Pasukan salib tiba di tanah Yerusalem pada tahun 1908, disana
mereka terkejut dengan tingkat peradaban luar biasa yang telah dibangun oleh
umat Islam. Pasukan salib melihat bahwa di Yerussalem telah dibangun mesjid
dengan kubah batu yang sangat indah, terdapat kolam pemandian air panas dan
satu hal terpenting ialah ilmu kedokteran sangat yang sangat berkembang. Pada
perang salib pertama ini, pasukan salib berhasil menduduki Yerussalem
dikarenakan dinasti fatimiyah yang berkuasa atas Yerussalem pada saat itu
sedang bertempur merebut kekuasaan melawan dinasti saljuk. Setelah pasukan salib
berkuasa atas Yerussalem pada 1908 dan mendirikan kerajaan-kerajaan kecil
disepanjang wilayah Lebanon dan Israel sekarang.
Perang Salib II
terjadi pada tahun 1144 Masehi dibawah komando Imaduddin Zangi yang berasal
dari Dinasti Mamluk yang berhasil menyatukan pasukan Turki dan Arab yang
kemudian menyerang kerajaan-kerajaan kecil yang telah dibangun oleh umat
kristen yang sebelumnya berhasil menduduki Yerussalem. Pada saat ini, Imaduddin
Zangi tidak merebut Yerussalem langsung namun merebut salah satu Kota bernama
Edessa yang berada di Suriah sekarang. Ketika Edessa dukuasai, hal itu membuat
Paus Urbanus II marah dan menyuruh salah seorang jendral kerajaan Perancis
bernama Bernard dari Clairvaux yang untuk menyerukan Perang Salib II terhadap
Imaduddin Zangi. Pada masa ini, raja muda Perancis Louis VII dan raja
Romawi suci dari Jerman bernama Conrad III ikut bergabung. Pada masa ini,
kekalahan dialami oleh pasukan salib akibat kurangnya banyaknya pasukan dari
Conrad III mati terbunuh ketika melalui Turki. Ketika pasukan sampai di
Yerussalem, Conrad III memutuskan untuk tidak menyerang Edessa yang telah
diduduki sebelumnya oleh Zangi, tapi menyerang daerah Damaskus namun gagal dan
pasukan ini akhirnya kembali ke eropa tanpa membawa hasil apapun.
Ketika Imaduddin Zangi
wafat, tahta kekuasaan Dinasti Mamluk diwariskan kepada anaknya bernama
Nuruddin Zangi. Pada masa ia berkuasa, wilayah Damaskus sepenuhnya menjadi
wilayah kekuasaan dinasti Mamluk. Setelah Nuruddin Zangi wafat pada 1174
Masehi, setelahnya dinasti ini mengalami kemunduran dan hilang ketika diserang
oleh Dinasti Ayyubiyah yang dirajai oleh seorang keturunan dari Arab Kurdi
bernama Salahuddin Al-Ayyubi. Salahuddin merupakan raja yang cakap yang pada
masanya bisa merebut Mesir dari tangan Dinasti Fatimiyah, menyerang
kerajaan-kerajaan kecil kristen di sekitar Israel dan Lebanon dan pada 1187
Masehi berhasil merebut kembali Yerussalem dari umat Kristen. Kejadian ini
menyulut api Perang Salib III, dimana Paus menyeru kepada raja Inggris bernama
Richard si Hati Singa, raja Perancis Philippe Auguste dan raja Jerman sekaligus
kaisar Romawi suci bernama Friedrich Barbarossa berperang melawan Al-Ayyubi.
Pada perang ini Friedrich wafat tenggelam ketika sedang mandi di sebuah sungai
yang membuat pasukan yang berasal dari Jerman banyak memilih untuk tidak
melanjutkan perjalanan. Richard dan Philippe tetap melanjutkan perjalanan
menuju Yerussalem menggunakan jalur laut. Saat itu Pulau Siprus direbut dari
Byzantium oleh Richard dan pasukannya untuk menjadikan wilayah tersebut menjadi
wilayah kerajaan Inggris dan selanjutnya menyerang Akre yang merupakan
pelabuhan dagang milik yang merupakan daerah kekuasaan Dinasti Mamluk. Ketika
Akre berhasil direbut, raja Philippe kembali ke Perancis dan memilih tidak
melanjutkan perang menaklukkan Yerussalem dari tangan Salahuddin sedangkan
Richard tetap melanjutkan perjalanan menuju Yerussalem. Tahun 1192 Masehi
terjadi pertempuran antara Salahuddin dan Richard si hati singa. Pasukan
Richard tidak mampu membendung keganasan pasukan Salahuddin dalam
mempertahankan Yerussalem. Pada akhirnya Richard dan Salahuddin mengambil jalan
damai dan Richard si hati singa meminta agar para peziarah dari agama Kristen
yang ingin ke Yerussalem dilindungi oleh Salahuddin. Kesepakan tersebut diiakan
oleh Salahuddin dan setelah itu Richard kembali bersama pasukannya ke Inggris.
Tahun 1193 Masehi
Salahuddin al-Ayyubi mangkat dan Paus Innosentius kala itu menganggap bahwa
penguasa Yerussalem yakni Dinasti Ayyubiyah telah sepenuhnya lemah dan akan
mudah untuk ditaklukkan maka pada 1200 Masehi pasukan salib angkat senjata
membebaskan tanah suci tersebut dan memulai Perang Salib ke IV. Kali ini
penyerangan dimulai dari arah Mesir, akan tetapi pasukan salib butuh banyak
kapal untuk menyeberang dari eropa ke Mesir. Untuk memperoleh banyak kapal yang
nantinya digunakan, maka pasukan salib meminta bantuan kepada sebuah negara di
eropa yang terkenal akan kekuatan pelayarannya yaitu Venesia. Namun, ada
kendala yang dihadapi oleh pasukan salib tersebut dimana mereka kekurangan uang
untuk menyewa kapal dari masyarakat di Venesia. Kendala ini ternyata bisa
diatasi dengan cara pasukan salib berjanji akan membantu memenuhi permintaan
rakyat Venesia yaitu pasukan salib harus terlebih dahulu membantu Venesia
berperang dengan Hongaria untuk merebut tanah yang dulunya merupakan milik
mereka yaitu Zara. Zara terkenal merupakan sebuah kota Kristen yang haluannya
berbeda dengan ajaran Katolik yang diajarkan oleh Paus di Vatikan. Maka dari
itu, paus pada saat itu mengucilkan para prajurit salib yang melakukan ekspansi
membantu Venesia untuk merebut kota Zara. Ketika pasukan salib berhasil
menaklukkan kota Zara untuk Venesia, selanjutnya kaisar Byzantium kala itu
Alexios Komnenos yang digulingkan dari posisinya sebagai raja mendegar kabar
tentang keperkasaan pasukan salib ini. Maka kaisar Komnenos meminta pasukan
salib untuk membantunya berkuasa lagi dengan berani membayar mahal pasukan
salib. Pada tahun 1203 Masehi akhirnya dibantu Venesia berhasil menduduki
Konstantinopel yakni ibukota Byzantium dan menjadikan Alexios Komnenos sebagai
raja lagi akan tetapi setelah ia menjadi raja janji yang ia ucap kepada pasukan
salib untuk membayar mahal mereka tidak dapat dipenuhi. Agar kekuasaan nya
tidak digulingkan oleh pasukan salib, maka Komnenos meningkatkan pembayaran
pajak rakyat demi membayar hutang kepada pasukan salib. Hal ini tentu
mendatangkan kebencian rakyat, maka dari itu akhirnya kaisar Komnenos dibunuh
oleh rakyatnya sendiri dan kaisar baru bernama Alexios V naik tahta. Hutang Komnenos
pun tak terbayarkan, maka pasukan salib yang dijanjikan kekayaan oleh Komnenos
menyerang Konstantinopel dan menjarah semua harta kekayaan yang ada disana.
Pada perang salib yang ke IV ini dapat dikatakan bahwa pasukan salib akhirnya
tidak pernah sampai ke Yerussalem.
Pada periode Perang
Salib V yang terjadi pada tahun 1216 Masehi, Paus Honorius III berhasil
mengajak masyarakat Eropa untuk melancarkan serangan merebut kembali tanah suci
Yerussalem. Pada saat ini pasukan Salib juga menemukan jalan buntu ketika akan
menyebarang dari Mesir untuk pergi ke arah Yerussalem. Di Mesir, mereka
dibanjiri oleh pasukan Ayyubiyah dan mengalami kekalahan telak yang akhirnya
memaksa pasukan salib untuk kembali ke Eropa.
Kesultanan Ayyubiah
lama kelamaan semakin melemah di masa pemerintahan sultan Al-Kamil. Perang
Salib ke VI meletus dengan penyerangan kaisar Romawi bernama Friedrich II yang
berhasil menguasai Akre. Kesultanan Ayyubiyah cemas dengan kehebatan pasukan
tersebut maka Sultan al-Kamil melakukan kesepakatan dengan kaisar Byzantium
tersebut agar membantunya memerangi Dinasti Mamluk yang mulai berkuasa di
Suriah dan sebagai gantinya Friedrich mendapat kekuasaan di Yerussalem,
Nazareth dan Betlehem. Pada tahun 1229 Friedrich II dinobatkan menjadi raja
sekaligus penguasa Yerussalem dan menandakan kejatuhan Dinasti Ayyubiyah.
Penguasaan umat Kristen terhadap Yerussalem tidak bertahan lama dikarenakan
Dinasti Mamluk melakukan ekspansi ke daerah Yerussalem yang pada 1244 Masehi
mampu merebutnya dari Friedrich II.
Perang Salib ke VII
kemudian terjadi dan tidak lagi dimulai oleh Paus melainkan dimulai oleh
seorang raja Perancis yang dikenal dengan ketaatannya kepada Tuhan bernama
Louis XI. Pada perang ini raja Louis berhasil merebut pelabuhan Damietta di
Mesir dan menjadikan pelabuhan tersebut menjadi basis pertahanan pasukan. Namun
tidak lama kemudian Damietta berhasil direbut kembali oleh pasukan Dinasti
Mamluk dan memaksa Louis IX kembali ke Perancis. Pada peperangan ini, raja
Louis mengalami banyak kerugian dimana kas kerajaan habis untuk membiayai dana
perang.
Pada tahun1270 Louis
IX kembali menyulut Perang Salib dan kali ini ia menyerang Tunisia agar
memperoleh basis pertahanan di Afrika Utara. Pada saat ini perkemahan pasukan
Perancis yang ia pimpin diserang oleh penyakit disentri yang mengakibatkan ia
juga meninggal akibat penyakit tersebut. Setelah ini tidak ada lagi raja dan
paus yang ingin menyulut Perang Salib lagi dikarenakan banyak mengalami
kerugian-kerugian yang menyebabkan banyak kerajaan yang jatuh miskin selama
perang berlangsung.
Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Dinasti
Usmaniyah
Kegagalan demi
kegagalan yang dialami oleh para bangsa di eropa membuat mereka sadar bahwa
kebudayaan Islam yang ada dan sudah dibangun oleh umat Islam jauh mengalahkan
mereka sehingga berakibat pada jatuhnya Konstantinopel yang merupakan pusat
kerajaan Romawi Timur ke tangan Dinasti Tuki Usmani di bawah kepemimpinan
Sultan Muhammad al-Fatih pada tahun 1453 sehingga jalur perdagangan eropa
secara kontan terputus dengan Asia dan Afrika menyebabkan bangsa eropa
kesulitan memperoleh rempah-rempah. Selama Perang Salib berlangsung, setidaknya
bangsa eropa juga belajar teknologi-teknologi yang sudah berkembang pesat dalam
dunia Islam dan membawa ilmu-ilmu tersebut ke eropa. Di eropa mereka
mempelajari teknologi tersebut dan melakukan inovasi demi inovasi yang
berakibat pada terbukanya wawasan bangsa eropa bahwa ternyata di dunia ini ada
wilayah-wilayah yang memiliki sumber daya alam yang sangat dibutuhkan oleh
bangsa eropa kala itu seperti rempah-rempah yang ternyata banyak terdapat di
kepulauan nusantara.
Lahirnya Semangat Menyebarkan agama
Kali ini semangat
untuk mengalahkan umat Islam beralih kepada semangat menyebarkan ajaran Kristen
Katolik dengan semangat yang dinamai Gospel dan Reqounquesta yakni balas dendam
akibat kekalahan pada Perang Salib. Atas beberapa alasan akibat Perang Salib
tersebut maka selanjutnya timbul keinginan untuk mencari daerah baru yang
dikenal dengan masa penjelajahan samudra. Aktivitas penemuan dunia baru ini
tidak terlepas dari motivasi dan keinginannya untuk bertahan hidup, memenuhi
kepuasan dan kejayaan dalam kehidupan di dunia. Bahkan bukan sekedar motivasi,
tetapi juga muncul nafsu untuk menguasai dunia baru itu demi memperoleh
keuntungan ekonomi dan kejayaan politik.
Penemuan Kompas
Penemuan kompas juga
merupakan alasan penting mulainya penjelajahan samudera yang dilakukan oleh
bangsa eropa. Kompas adalah alat yang sering digunakan untuk menentukan arah
mata angin dimana tujuannya untuk memudahkan para nelayan menentukan arah
ketika berada di laut lepas. Bahan dasar kompas ialah magnet dimana magnet
memiliki sifat dapat menyesuaikan dirinya terhadap daya tarik magnet bumi yang
mengarah ke Utara (kutub utara bumi). Kompas pada mulanya dibuat dari bahan
biji besi pada tahun 2000 SM oleh orang-orang Cina dan banyak digunakan ketika
Dinasti Han berkuasa sekitar tahun 300-200 SM oleh para pelaut Cina yang sudah
memulai perdagangan laut dengan bangsa-bangsa lain di dunia seperti India dan
masyarakat nusantara. Penggunaan kompas sebagai alat penentu arah sangat
memudahkan para pelaut Cina kala itu ketika berlayar daripada melihat rasi
bintang dan matahari dalam menentukan arah mata angin.
Sekitar abad ke 10
seorang ilmuan inggris bernama Alexander Nexkam menulis satu buku yang
bercerita tentang sebuah alat yang bisa memandu kapalnya. Pengaruh dari tulisan
Nexkam tersebut, pada abad ke 11 penggunaan kompas sederhana yang telah banyak
digunakan oleh para pelaut Cina mulai diikuti oleh bangsa eropa. Sejak saat
itu, berbagai inovasi pada kompas terus dilakukan oleh bangsa eropa untuk
menjadikan kompas sebagai alat mudah dan efektif untuk digunakan. Pada tahun
1690 seorang berkebangsaan Inggris bernama Sir Edmund Halley berhasil mebuat
kompas berisi cairan pertama di dunia dan selanjutnya Francis Crow pada tahun
1813 berhasil membuat kompas laut. Adapun penamaan kompas berasal dari bahasa
Italia sekitar tahun 1250 dari kata Compassare yang secara harfiah
berarti melangkah melingkar yang digunakan untuk melangkah sekaligus memandu.
Sebelum nama kompas populer, dahulunya orang Cina menamakan kompas dengan
sebutan ikan terapung. Selain kompas Serangkaian penemuan di bidang teknologi
juga merupakan faktor penting untuk melakukan pelayaran bagi bangsa-bangsa
Barat menuju tanah penyedia rempah-rempah yakni nusantara.
Kisah perjalanan Marco Polo
Marcopolo adalah
seorang berkebangsaan Italia yang merupakan seorang pedagang dan penjelajah
yang lahir pada 15 September 1254 dan wafat pada 8 Januari 1324. Marcopolo
dikenal dengan bukunya berjudul Imago Mundi (Imago=gambaran/tiruan dan
Mundi=dunia) yang menceritakan kisahnya ketika menjelajahi jalur sutera yang
berada di dunia bagian Timur dunia yakni benua Asia. Selama perjalanannya
tercatat bahwa Marco Polo pernah berada di kepulauan nusantara yang dahulunya
banyak terdapat pelabuhan dagang yang sering dilalui oleh para pedagang dari
India dan Cina seperti di Selat Malaka. Kisah perjalanan Marcopolo yang
tercatat dalam bukunya Imago Mundi ini menjadi motivasi penting yang
menyebabkan bangsa-bangsa eropa ingin mengenal dunia timur yang terkenal akan
penghasil rempah-rempah.
Rempah-rempah
Rempah-rempah
merupakan soal kebutuhan dan juga cita rasa dimana selama musim dingin di Eropa
tidak ada satu carapun yang dapat dilakukan agar semua hewan ternak tetap hidup
karenanya banyak hewan ternak yang disembelih dan dagingnya kemudian harus
diawetkan. Untuk itu perlu adanya garam dan rempah-rempah, dan diantara
rempah-rempah yang dibutuhkan adalah cengkeh yang berasal dari Indonesia Timur.
Indonesia juga merupakan penghasil lada, buah pala, kayu manis dan bunga pala
yang menjadi bumbu penting dalam menjaga suhu tubuh masyarakat Eropa ketika
musim dingin sehingga orang Eropa menyebutnya sebagai kepulauan rempah-rempah.
Kedatangan Bangsa Barat Ke Indonesia
Kedatangan orang-orang
Eropa yang pertama di Asia Tenggara pada awal abad 16 kadang dipandang sebagai
titik yang paling penting dalam sejarah kawasan ini. Eropa bukanlah kawasan
paling maju pada permulaan abad 15, juga bukan merupakan kawasan yang paling
dinamis. Kekuatan besar yang sedang berkembang di dunia saat itu adalah Islam.
Orang Eropa pertama yang mencapai kemajuan pada saat setelah Konstantinopel
jatuh ke tangan Turki Usmani adalah bangsa Portugis yang kemudian melibatkan
bangsa Portugis dalam salah satu petualangan mengarungi samudera yang paling
berani di sepanjang zaman. Dengan bekal pengetahuan geografi, teknologi seperti
kompas, dan astronomi yang bertambah baik yang banyak darinya berasal dari
bangsa Arab, yang sering kali tersebar di kalangan Kristen Eropa lewat para
sarjana Yahudi yang belajar di tanah Arab.
Portugis dan Spanyol
Portugis dan Spanyol
dapat dikatakan sebagai pelopor petualangan, pelayaran, dan penjelajahan
samudra untuk menemukan dunia baru di timur. Portugis juga telah menjadi
pembuka jalan menemukan Kepulauan Nusantara sebagai daerah penghasil
rempah-rempah. Kemudian menyusul Spanyol, Belanda, dan Inggris. Tujuan
kedatangan mereka ke wilayah timur tidak semata-mata mencari keuntungan melalui
perdagangan rempah-rempah, tetapi ada tujuan yang lebih luas.
Tujuan Spanyol dan
Portugis menjelajahi samudera terkait dengan semangat yang dikenal dengan
istilah 3G, yaitu:
- gold : memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari dan mengumpulkan emas perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat berharga.
- glory : memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam kaitan ini mereka saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya.
- gospel : menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Pada mulanya orang-orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur.
Penjelajahan Spanyol
Sebelum orang-orang
Portugis berangkat memulai penjelajahan samudra, sebenarnya sudah lebih dulu
Spanyol berangkat berlayar mencari tempat penghasil rempah-rempah. Orang-orang
Spanyol dan Portugis dapat dikatakan sebagai pelopor dalam pelayaran dan
penjelajahan samudra untuk mencari daerah baru penghasil rempah-rempah di timur
(disebut Tanah Hindia).
Bangsa Portugis dan
bangsa Spanyol umumnya memeluk agama Katolik. Kedua bangsa ini sama-sama ingin
menguasai wilayah lain di dunia. Hal ini menimbulkan keprihatinan Paus Yulius
II. Untuk menjaga kerukunan antara keduanya, maka Paus turun tangan untuk
bermusyawarah dengan kedua bangsa tersebut. Diadakanlah kemudian perjanjian
pembagian wilayah. Perjanjian ini diadakan di Tordesillas, Spanyol pada tanggal
7 Juni 1494. Isinya adalah wilayah di luar Eropa dibagi menjadi dua dengan
garis meridian 1550 km sebelah barat Kepulauan Tanjung Verde. Belahan sebelah
timur dimiliki oleh Portugis dan belahan sebelah barat dikuasai Spanyol.
Orang-orang Spanyol
yang diprakarsai Christhoper Columbus merencanakan melakukan penjelajahan
samudra untuk menemukan tanah penghasil rempah-rempah. Sebelum berangkat
Columbus menghadap kepada Ratu Isabella untuk mendapat dukungan termasuk
fasilitas. Ratu Isabella mengizinkan dan menyediakan tiga kapal dengan segala
perlengkapannya. Ratu Isabella juga menyediakan hadiah apabila misi Columbus
ini dapat berhasil. Pada tanggal 3 Agustus 1492, Columbus berangkat dari
pelabuhaan. Atas dasar keyakinan bahwa bumi itu bulat maka Columbus dengan
rombongannya bertolak dari Spanyol berlayar menuju ke arah barat. Mereka
optimis berhasil menemukan daerah baru di timur.
Pada tanggal 6
September tahun yang sama, rombongan Columbus sampai di Kepulauan Kanari di
sebelah barat Afrika. Ekspedisi penjelajahan samudra dilanjutkan dengan
mengarungi lautan luas yang dikenal ganas, yakni Samudra Atlantik. Salah satu
kapalnya rusak. Para anggota ekspedisi hampir putus asa. Namun Columbus terus
memberi semangat bagi anggota rombongannya. Setelah sekitar satu bulan lebih
berlayar, tanggal 12 Oktober 1492 rombongan Columbus berhasil mendarat di
pantai bagian dari Kepulauan Bahama. Columbus mengira bahwa ekspedisinya ini
sudah sampai di Tanah Hindia. Oleh karena itu, penduduk yang menempati daerah
itu disebut orang-orang Indian. Tempat mendarat Colombus ini kemudian dinamakan
San Salvador. Berikutnya rombongan Columbus kembali berlayar dan mendarat di
Haiti. Merasa ekspedisinya telah berhasil maka rombongan Columbus bertolak
kembali ke Spanyol untuk melapor kepada Ratu Isabella. Tahun 1493 Columbus
sampai kembali di Spanyol. Kedatangan Columbus dan rombongan disambut dengan
suka cita. Bahkan dengan keberhasilannya mendarat di Kepulauan Bahama dan
Haiti, Columbus diakui sebagai penemu daerah baru yakni Benua Amerika.
Keberhasilan pelayaran
Columbus menemukan daerah baru telah mendorong para pelaut lain untuk
melanjutkan penjelajahan samudra ke timur. Apalagi Columbus belum berhasil
menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Berangkatlah ekspedisi yang dipimpin
oleh Magellan/Magalhaes atau umum menyebut Magelhaens. Ia juga disertai oleh
seorang kapten kapal yang bernama Yan Sebastian del Cano. Berdasarkan
catatan-catatan yang telah dikumpulkan Columbus, Magellan mengambil jalur yang
mirip dilayari Columbus. Setelah terus berlayar Magellan beserta rombongan
mendarat di ujung selatan benua yang ditemukan Columbus (Amerika). Di tempat
ini terdapat selat yang agak sempit yang kemudian dinamakan Selat Magellan.
Melalui selat ini
rombongan Magellan terus berlayar meninggalkan Samudra Atlantik dan memasuki
Samudra Pasifik dengan lautan yang relatif tenang. Setelah sekitar tiga bulan
lebih rombongan Magellan berlayar akhirnya pada Maret 1521 Magellan mendarat di
Pulau Guam. Rombongan Magellan kemudian melanjutkan penjelajahannya dan pada
April 1521 sampai di Kepulauan Massava atau kemudian dikenal dengan Filipina.
Magellan menyatakan bahwa daerah yang ditemukan ini sebagai koloni Spanyol.
Tindakan Magellan dan rombongan ini mendapat tantangan penduduk setempat
(orang-orang Mactan). Terjadilah pertempuran antara kedua belah pihak. Dalam
pertempuran dengan penduduk setempat itu rombongan Magellan terdesak bahkan
Magellan sendiri terbunuh. Rombongan Magellan yang selamat segera meninggalkan
Filipina. Mereka di bawah pimpinan Sebastian del Cano terus berlayar ke arah
selatan. Pada tahun 1521 itu juga mereka sampai di Kepulauan Maluku yang
ternyata tempat penghasil rempah-rempah. Tanpa berpikir panjang kapal-kapal
rombongan del Cano ini dipenuhi dengan rempah-rempah dan terus bertolak kembali
ke Spanyol. Dikisahkan bahwa atas petunjuk pemandu orang Indonesia kapal-kapal
rombongan del Cano ini berlayar menuju ke arah barat, sehingga melewati Tanjung
Harapan di Afrika Selatan dan diteruskan menuju Spanyol. Dengan penjelajahan
dan pelayaran yang dipimpin oleh Magellan itu maka sering disebut-sebut bahwa
tokoh yang berhasil mengelilingi dunia pertama kali adalah Magellan.
Dalam kaitannya dengan
pelayaran dan penjelajahan samudra itu ada pendapat yang menarik dari Menzies,
seorang perwira angkatan laut Inggris. Ia menegaskan bahwa yang berhasil
mengelilingi dunia pertama kali adalah armada Cina yang dipimpin oleh Panglima
Zheng He (Cheng Ho) pada tahun 1421. Zheng He adalah seorang kasim kepercayaan
Kaisar Cina dari Dinasti Ming yang bernama Zhu Di atau Yong Le. Dijelaskan oleh
Menzies bahwa Zheng He bersama armadanya telah berlayar mengelilingi dunia
dengan berpedoman pada peta-peta kuno yang dibuat oleh para kartografer Cina
dan juga beberapa peta yang dibuat misalnya oleh Fra Mauro (orang Italia), dan
yang dibuat oleh Piri Reis (orang Turki).
Penjelajahan Portugis
Berita keberhasilan
Columbus menemukan daerah baru, membuat penasaran raja Portugis (sekarang
terkenal dengan sebutan Portugal), Manuel I. Raja Portugis tersebut kemudian
memanggil pelaut-pelaut ulung Portugis seperti Vasco da Gama untuk melakukan
ekspedisi menjelajahi samudra mencari Tanah Hindia yang merupakan daerah
penghasil rempah-rempah. Vasco da Gama mencari jalan lain agar lebih cepat
sampai di Tanah Hindia yang merupakan tempat penghasil rempah-rempah sperti
yang tertulis pada buku Imago Mundi. Kebetulan sebelum Vasco da Gama
mendapatkan perintah dari Raja Manuel I, sudah ada pelaut Portugis bernama
Bartholomeus Diaz melakukan pelayaran mencari daerah Timur dengan menelusuri
pantai barat Afrika. Pada tahun 1488 karena serangan ombak besar terpaksa
Bartholomeus Diaz mendarat di suatu ujung selatan Benua Afrika. Tempat tersebut
kemudian dinamakan Tanjung Harapan atau Cape Town. Ia tidak melanjutkan penjelajahannya
tetapi memilih bertolak kembali ke negerinya.
Pada Juli 1497 Vasco
da Gama berangkat dari pelabuhan Lisabon untuk memulai penjelajahan samudra.
Berdasarkan pengalaman Bartholomeus Diaz tersebut, Vasco da Gama juga berlayar
mengambil rute yang pernah dilayari Bartholomeus Diaz. Rombongan Vasco da Gama
juga singgah di Tanjung Harapan. Atas petunjuk dari pelaut bangsa Moor yang
telah disewanya, rombongan Vasco da Gama melanjutkan penjelajahan, berlayar
menelusuri pantai timur Afrika kemudian berbelok ke kanan untuk mengarungi
Lautan Hindia (Samudra Indonesia). Pada tahun 1498 rombongan Vasco da Gama
mendarat sampai di Kalikut dan juga Goa di pantai barat India.
Ada pemandangan yang
menarik dari kedatangan rombongan Vasco da Gama ini. Mereka ternyata sudah
menyiapkan patok batu yang disebut batu padrao. Batu ini sudah diberi pahatan
lambang bola dunia. Setiap daerah yang disinggahi kemudian dipasang patok batu
padrao sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis. Bahkan di
Goa, India Vasco da Gama berhasil mendirikan kantor dagang yang dilengkapi
dengan benteng. Atas kesuksesan ekspedisi ini maka oleh Raja Portugis, Vasco da
Gama diangkat sebagai penguasa di Goa atas nama pemerintahan Portugis.
Setelah beberapa tahun
tinggal di India, orang-orang Portugis menyadari bahwa India ternyata bukan
daerah penghasil rempah-rempah. Mereka mendengar bahwa Malaka merupakan kota
pusat perdagangan rempah-rempah. Oleh karena itu, dipersiapkan ekspedisi
lanjutan di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Dengan armada lengkap
Alfonso de Albuquerque berangkat untuk menguasai Malaka. Pada tahun 1511 armada
Portugis berhasil menguasai Malaka. Portugis mulai memasuki wilayah Kepulauan
Nusantara yang disebutnya juga sebagai tanah India (Hindia). Orang-orang Portugis
pun segera mengetahui tempat buruannya “mutiara dari timur” yakni rempah-rempah
yang ada di Kepulauan Nusantara, khususnya di Kepulauan Maluku.
Perlu ditambahkan
bahwa dengan dikuasainya Malaka oleh Portugis pada tahun 1511 telah menyebabkan
perdagangan orang-orang Islam menjadi terdesak. Para pedagang Islam tidak lagi
bisa berdagang dan keluar masuk kawasan Selat Malaka, karena Portugis melakukan
monopoli perdagangan. Akibatnya para pedagang Islam harus menyingkir ke
daerah-daerah lain. Tindakan Portugis yang memaksakan monopoli dalam
perdagangan itu telah mendapatkan protes dan perlawanan dari berbagai pihak.
Sebagai contoh pada tahun 1512 terjadi perlawanan yang dilancarkan seorang
pemuka masyarakat yang bernama Pate Kadir (Katir). Pate Kadir merupakan tokoh
masyarakat (kepala suku) Jawa yang ada di Malaka. Ia dikenal sangat pemberani.
Ia melancarkan perlawanan terhadap keserakahan Portugis di Malaka. Dalam
melancarkan perlawanan ini Pate Kadir berhasil menjalin persekutuan dengan Hang
Nadim. Perlawanan Pate Kadir terjadi di laut dan kemudian menyerang pusat kota.
Tetapi ternyata dengan kekuatan senjata yang lebih unggul, pasukan Kadir dapat
dipu ul mundur. Kadir semakin terdesak dan kemudian berhasil meloloskan diri
sampai ke Jepara dan selanjutnya ke Demak.
Tindak monopoli yang
dipaksakan Portugis juga mendapatkan protes dari penguasa Kerajaan Demak. Demak
telah menyiapkan pasukan untuk melancarkan perlawanan terhadap Portugis di
Malaka. Pasukan Demak ini dipimpin oleh putera mahkota, Pati Unus. Pasukan
Demak ini semakin kuat setelah bergabungnya Pate Kadir dan pengikutnya. Tahun
1513 pasukan Demak yang berkekuatan 100 perahu dan ribuan prajurit mulai
melancarkan serangan ke Malaka. Tetapi dalam kenyataannya kekuatan pasukan
Demak dan pengikut Kadir belum mampu menandingi kekuatan Portugis, sehingga
serangan Demak ini juga belum berhasil. Posisi Portugis menjadi semakin kuat.
Portugis terus berusaha memperluas monopolinya, hingga sampai ke Indonesia.
Kolonialisme dan Imperialisme
Kolonialisme adalah
suatu sistem suatu negara menguasai rakyat dan sumber daya negara lain tetapi
masih tetap berhubungan dengan negara asal, sebagai contoh ialah kolonialisasi
Belanda dimana bentuk yang diterapkan oleh penjajah tersebut masih terpaut
dengan negara induknya yakni Kerajaan Belanda. Sedangkan Imperialisme ialah
sebuah kebijakan di mana satu negara besar dapat memegang kendali atau
pemerintahan atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara atau berkembang.
Adapun mengenai perbedaan diantara keduanya ialah tentang kebijakan terhadap
tanah jajahan, dimana kolonialisme masih terpaut dengan negara asal sedangkan
imperialisme tidak terkait dengan negara asal.
Dengan berbagai
penjelasan yang telah dijelaskan yang dimulai dari runtuhnya kekaisaran Romawi,
Perang Salib, Jatuhnya Konstantinopel, dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada
akhirnya berakibat pada mulainya semangat bangsa Barat untuk menjelajahi
samudera dengan tujuan mencari rempah-rempah dan ambisi 3G yaitu Gold, Glory
dan Gospel.
Perjanjian Tordesillas
setelah bangsa Barat
khususnya Spanyol dan Portugis sudah sampai di wilayah Timur Asia termasuk
Indonesia, diantara kedua negara tersebut terjadi peperangan dalam merebut
hegemoni atau daerah kekuasaan oleh sebab itu untuk menghindari perang yang
berkelanjutan maka pada 7 Juni 1494 diadakan sebuah perjanjian bernama
perjanjian Tordesillas untuk membagi dunia di luar Eropa menjadi duopoli
ekslusif antara Spanyol dan Portugis sepanjang yang dimulai dari suatu meridian
1550 Km ke sebelah barat kepulauan Tanjung Verde (lepas pantai Barat Afrika)
hingga ke Asia Timur dimana Portugis mendapat bagian Timur dan Portugis bagian
Barat.
Perjanjian Saragoza
Perjanjian Saragoza
adalah perjanjian lanjutan antara Spanyol dan Portugis pada 22 April 1529 untuk
menentukan bahwa belahan bumi bagian Timur dibagi diantara kedua kerajaan
tersebut untuk kepulauan Maluku di sebelah Timur yang menghasilkan keputusan
bahwa Spanyol harus meninggalkan Maluku dan memusatkan Kolonialismenya di
wilayah Filipina dan Portugis tetap melakukan monopoli perdagangan di Maluku.
Penjelajahan Belanda
Perlu diketahui bahwa
pada abad ke-15 Belanda masih menjadi vasal Spanyol. Berbagai gerakan terus
dilakukan Belanda untuk melepaskan diri dari Spanyol yang kemudian dikenal
Revolusi 80 tahun. Revolusi ini dimulai tahun 1566. Di tengah-tengah revolusi,
kegiatan perdagangan orang-orang Belanda di Eropa terutama di pusat perdagangan
di Lisabon, terus berkembang dan masih berjalan normal. Belanda juga tidak
menemui kesulitan untuk mendapatkan rempah-rempah di Lisabon. Tetapi pada saat
Portugis berada di bawah kekuasaan Spanyol, maka Belanda dilarang lagi
berdagang di Lisabon. Dengan demikian, Belanda menemui kesulitan untuk
mendapatkan rempah-rempah. Belanda harus berusaha untuk mendapatkan
rempah-rempah seperti yang telah dilakukan Portugis dan Spanyol. Orang-orang
Belanda mulai mencari jalan untuk pergi ke dunia Timur atau Tanah Hindia.
Pada tahun 1594 Willem
Barents mencoba berlayar untuk mencari dunia Timur atau Tanah Hindia melalui
daerah kutub utara. Karena keyakinannya bahwa bumi bulat maka sekalipun dari
utara atau barat akan sampai pula di timur. Ternyata Barents tidak begitu
mengenal medan. Ia gagal melanjutkan penjelajahannya karena kapalnya terjepit
es mengingat air di kutub utara sedang membeku. Barents terhenti di sebuah
pulau yang disebut Novaya Zemlya. Ia berusaha kembali ke negerinya, tetapi ia
meninggal di perjalanan. Pada tahun 1595 pelaut Belanda yang lain yakni
Cornelis de Houtman dan Pieter de Keyser memulai pelayaran. Kedua pelaut ini
bersama armadanya dengan kekuatan empat kapal dan 249 awak kapal beserta 64
pucuk meriam melakukan pelayaran dan penjelajahan samudra untuk mencari tanah
Hindia yang dikenal sebagai penghasil rempah-rempah. Cornelis de Houtman
mengambil jalur laut yang sudah biasa dilalui orang-orang Portugis. Tahun 1596
Cornelis de Houtman beserta armadanya berhasil mencapai Kepulauan Nusantara. Ia
dan rombongan mendarat di Banten. Sesuai dengan niatnya untuk berdagang maka
kehadiran Cornelis de Houtman diterima baik oleh rakyat Banten. Waktu itu di
Kerajaan Banten bertepatan dengan masa pemerintahan Sultan Abdul Mufakir Mahmud
Abdulkadir. Dengan melihat pelabuhan Banten yang begitu strategis dan adanya
hasil tanaman rempahrempah di wilayah itu Cornelis de Houtman berambisi untuk memonopoli
perdagangan di Banten. Dengan kesombongan dan kadang-kadang berlaku kasar,
orang-orang Belanda memaksakan kehendaknya. Hal ini tidak dapat diterima oleh
rakyat dan penguasa Banten. Oleh karena itu, rakyat mulai membenci bahkan
kemudian mengusir orang-orang Belanda itu. Cornelis de Houtman dan armadanya
segera meninggalkan Banten dan akhirnya kembali ke Belanda.
Ekspedisi penjelajahan
berikutnya segera dipersiapkan untuk kembali menuju Kepulauan Nusantara.
Rombongan kali ini dipimpin antara lain oleh Jacob van Heemskerck. Tahun 1598
van Heemskerck dengan armadanya sampai di Nusantara dan juga mendarat di
Banten. Heemskerck dan anggotanya bersikap hati-hati dan lebih bersahabat.
Rakyat Banten pun kembali menerima kedatangan orang-orang Belanda. Belanda
mulai melakukan aktivitas perdagangan. Kapal-kapal mereka mulai berlayar ke
timur dan singgah di Tuban. Dari Tuban pelayaran dilanjutkan ke timur menuju
Maluku. Di bawah pimpinan Jacob van Neck mereka sampai di Maluku pada tahun
1599. Kedatangan orang-orang Belanda ini juga diterima baik oleh rakyat Maluku.
Kebetulan waktu itu Maluku sedang konflik dengan orang-orang Portugis. Oleh
karena itu, kedatangan Belanda ini diterima dengan baik dan diberi kebebasan
untuk berdagang. Pelayaran dan perdagangan orang-orang Belanda di Maluku ini
mendapatkan keuntungan yang berlipat. Dengan demikian semakin banyak
kapal-kapal dagang yang berlayar menuju Maluku.
Penjelajahan Inggris
Dalam kaitan ini
Inggris dapat mengambil keuntungan besar dalam perdagangan rempah-rempah.
Inggris dapat memperoleh rempah-rempah secara bebas dan relatif murah di
Lisabon. Rempah-rempah itu kemudian diperdagangkan di daerah-daerah Eropa Barat
bahkan sampai di Eropa Utara. Tetapi karena Inggris terlibat konflik dengan
Portugis dan Spanyol apalagi setelah Portugis berada di bawah kekuasaan
Spanyol, maka Inggris pun mulai tidak bebas untuk mendapatkan rempah-rempah di
Lisabon. Oleh karena itu, Inggris berusaha mencari sendiri negeri penghasil
rempahrempah. Banyak anggota masyarakat, para pelaut dan pedagang yang tidak
melibatkan diri dalam perang justru mengadakan pelayaran dan penjelajahan
samudra untuk menemukan daerah penghasil rempah-rempah. Dalam pelayarannya ke
dunia Timur untuk mencari daerah penghasil rempahrempah, Inggris pertama kali
sampai ke India pada tahun 1498 dengan mengikuti rombongan Portugis yang
dipimpin oleh Vasco da Gama.
Untuk memperkuat daya saing para pedagang Inggris
perdagangannya di dunia timur ini kemudian dibentuk kongsi dagang yang diberi
nama East India Company (EIC) pada tahun 1600. Orang-orang Inggris juga sampai
ke Indonesia pertama kali tahun 1579 dipimpin oleh Francis Drake dan Thomas
Cavendish. Inggris juga membentuk beberapa kantor dagang di Indonesia pada
tahun 1604, misalnya di Ambon, Makasar, Jepara, Jayakarta.