Revolusi Rusia pada 1917 adalah sebuah gerakan politik di Rusia yang memuncak pada tahun 1917 dengan penggulingan pemerintahan dengan sistem Tsar Rusia dan menuju pada pendirian Uni Soviet yang berakhir sampai keruntuhannya pada 1991. Pada masa pemerintahan Tsar Nicholas II yang berlangsung dari 1894sampai 1917, pemerintahannya bersifat reaksioner (sikap politik warga Negara yang serba aktif dan reaktif serta suka menanggapi suatu keadaan. Sikap rakyat selalu mempertanyakan dan banyak menuntut sikap pemerintah) dan bersifat otokrasi (suatu bentuk pemerintahan yang kekuasaan politiknya dipegang oleh satu orang. Istilah ini diturunkan dari bahasa Yunani autokratĂ´r yang secara harfiah berarti "berkuasa sendiri" atau "penguasa tunggal"). Pada masanya, industri tekstil, pertambangan batu bara dan besi sangat maju dimana berdampak pada munculnya kaum buruh.
Potret Tsar Nicholas II beserta keluarga
Pada tahun 1905 terjadi sebuah pemberontakan kaum buruh yang bertujuan untuk menuntut perbaikan nasib dan persamaan hak dengan semboyan "sama rasa" dan menuntut adanya pemerintahan yang bersifat liberal (sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu). Pemberontakan yang didominasi oleh kaum buruh yang dipicu oleh ketidakpuasan terhadap sistem pemerintahan ini dinamakan Peristiwa Minggu Berdarah (Bloody Sunday 1905) dimana aksi ini memicu terjadinya baku tembak antara aparat keamanan dan para demonstran yang menewaskan 1000 orang.
Ternyata pada saat yang sama, Rusia pada saat itu mengalami kekalahan dalam perang melawan Jepang yang berlangsung pada 10 Februari 1904 – 5 September 1905. Perang Rusia terhadap Jepang adalah konflik yang sangat berdarah yang tumbuh dari persaingan antara ambisi Imperialis Rusia dan Jepang di Manchuria dan Korea. Peperangan ini utamanya terjadi karena perebutan kota Port Arthur dan Jazirah Liaodong, ditambah dengan jalur rel dari pelabuhan tersebut ke Harbin.
Di tengah-tengah situasi yang sedang kacau tersebut, Tsar Nicholas II mampu mengatasi permasalahan tersebut dengan mengambil tindakan "menjamin kebebasan berserikat" dan membentuk DUMA semacam parlemen dalam Kekaisaran Rusia, yang dibentuk sebagai akibat revolusi tahun 1905-1907. Secara formal Duma adalah badan legislatif. Duma Negara I (bulan April-Juli 1906) dan Duma Negara II (bulan Februari-Juni 1907) dibubarkan oleh pemerintah tsar.
Ternyata pembentukan Duma oleh Tsar tidak berjalan dengan baik disebabkan adanya pertentangan dalam tubuh Duma sendiri dimana anggota Duma terdiri dari kaum sosialis dan kaum liberalis. Kaum sosialis menghendaki susunan masyarakat yang sosialis, sedangkan kaum liberal menghendaki adanya susunan masyarakat yang diperintah oleh sistem Monarki Konstitusional.
Pembentukan Duma yang tidak berjalan dengan semestinya membuat Tsar membubarkannya dan hal ini menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya Revolusi di Rusia.
Secara umum, latar belakang terjadinya Revolusi Rusia antara lain adalah:
1. Kekalahan Rusia pada Perang Dunia I, kekalahan ini menyebabkan perekonomian Rusia memburuk, dimana Rusia dilanda kelaparan hebat akibat minimnya persediaan bahan makanan yang hal ini membuat rakyat meragukan kepemimpinan Tsar Nicholas II.
2. Terjadinya Kesenjangan Sosial, selain kekalahan pada Perang Dunia I juga terjadi kesenjangan sosial antara kaum bangsawan dan rakyat biasa. Gaya hidup bangsawan yang mewah berbanding terbalik dengan kehidupan rakyat yang serba kekurangan.
3. Pemerintahan Tsar yang Otoriter, dengan sikap yang otoriter tersebut melahirkan persatuan yang kuat antara kaum buruh, petani, dan tentara Rusia yang berdampak pada munculnya Partai Sosial Demokrat (PSD). Partai ini didirikan oleh George Plekhanov pada 1898 yang pada 1903 terbagi menjadi dua aliran yaitu:
a) Menshevik (Sosial demokrat atau sosialis) yang dipimpin oleh George plekhanov dan alexander Kerensky.
b) Bolshevik (radikal revolusioner atau komunis) yang dipimpin oleh Vladimir Ilyich Ulyanov (Lenin), Leon Trotsky, dan Joseph Vissarionovic (Stalin).
4. Peristiwa Minggu Berdarah 1905 (Bloody Sunday 1905), Peristiwa yang tepat terjadi pada hari Minggu, 22 Januari 1905 ini dipimpin oleh seorang pendeta, yang juga merupakan rakyat pekerja dari St. Petersburg. demonstrasi dilakukan dengan cara marching damai ke istana raja untuk menghantarkan petisi ke Tsar. Tetapi petisi damai ini justru dijawab dengan timah panas. Tidak kurang dari 1000 rakyat mati pada hari yang lalu dikenal sebagai Minggu Berdarah. Insiden ini segera memercik gelombang pemogokan, protes, dan pemberontakan di seantero Rusia. Ilusi rakyat pekerja terhadap kemurah-hatian Tsar hancur dan digantikan dengan semangat revolusi. Tidaklah lagi berpangku tangan dan menunggu juru selamat, rakyat pekerja turun ke jalan dan berjuang untuk perubahan yang mereka inginkan.
5. Pembentukan Duma dan Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner, ketika negara-negara lain mulai mengakui hak-hak politik bagi warga negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan melakukan hal yang sama. Ia memang mengizinkan dibentuknya Duma (daerah perwakilan rakyat Rusia), namun keberadaannya hanya sandiwara belaka. Pemilihan anggota Duma dilakukan dengan pura-pura karena pada praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang propemerintahan Tsar. Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma kepada Tsar tidak pernah dihiraukan.