-->

Latar Belakang Terjadinya Revolusi Cina (Tiongkok)

Revolusi Cina 1911 merupakan sebuah revolusi yang berhasil menggulingkan dinasti kekaisaran terakhir Cina (Dinasti Manchu) dan mendirikan Republik Tiongkok (RRC). Revolusi ini sekaligus mengawali serangkaian revolusi yang terjadi di Cina selama abad ke-20. Selain itu revolusi ini juga bertujuan dalam ragka merevolusi kebudayaan dalam menata masyarakat China menuju masyarakat yang lebih baik. Dalam revolusi, paham nasionalis yang diadopsi dari negara-negara Eropa Barat dan komunis Rusia menjadi dasar dalam gerakan nasional. Persaingan antara kaum nasionalis dan komunis juga menandai gerakan revolusi yang berlangsung hingga terbentuknya Republik rakyat China (RRC) tahun 1949.

Adapun yang faktor yang melatarbelakangi Revolusi Tiongkok adalah sebagai berikut:
  1. Kekalahan Tiongkok dalam Perang melawan Inggris dalam perang Candu (1839-1842). Inggris memasukkan Candu secara besar-besaran ke Tiongkok. Selain tidak membayar bea cukai, masuknya candu dalam jumlah besar dan terus menerus dianggap merusak kehidupan masyarakat Tionghoa. Atas perintah Kaisar Lin Tse Hsu, 20.000 peti candu seharga 9 dollar dibuang ke laut. Hal ini membuat Inggris marah, dan perang pun tak terhindarkan. Inggris memenangkan perang yang membuat Tiongkok harus tunduk terhadap Perjanjian Nanking (1842). Adapun isi dari perjanjian Nanking adalah (1) Tiongkok menyerahkan Hongkong kepada Inggris, (2) Tiongkok mengganti kerugian akibat perang sebesar 6 juta dollar, dan (3) Lima kota pelabuhan di Tiongkok terbuka untuk perdagangan asing. Kekalahan Tiongkok dalam perang ini menurunkan martabat bangsa Tionghoa, yang sebelumnya bangga menyebut diri mereka sebagai bangsa dengan peradaban yang besar. Selain pamornya turun di mata dunia internasional, Dinasti Manchu berada di bawah kendali penguasa asing.
  2. Hilangnya kepercayaan rakyat terhadap Dinasti Manchu, apalagi pasca perang candu, rakyat dibebani pajak dalam rangka mengganti kerugian perang tersebut.
  3. Pemerintahan Manchu dianggap kolot dan bobrok.
  4. Kekalahan Tiongkok dalam perang Tiongkok-Jepang I (1894-1895). Sebelum perang berlangsung, Korea merupakan negara jajahan dari Tiongkok. Namun, mulai 1894 Korea menarik perhatian Jepang dan berusaha merebutnya dari Tiongkok. Perang berakhir dengan kemenangan Jepang dan diakhiri dengan perjanjian Shimoseki, 17 April 1895. Sama seperti Perjanjian Nanking, isi perjanjian ini menghancurkan harga diri dan martabat bangsa Tionghoa, seperti Tiongkok harus mengakui kemerdekaan Korea, menyerahkan kepulauan Pescadores dan Taiwan kepada Jepang, dan membayar ganti rugi sebesar 200 juta tael.
  5. Adanya anggapan bahwa Dinasti Manchu yang memerintah adalah bukan orang asli Tionghoa. Hal ini memicu ketidakpercayaan dan hilangnya semangat mengabdi kepada bangsa dan negara.
  6. Muncul tokoh nasionalisme di Tiongkok dan yang terkenal adalah dr. Sun Yat Sen. Ajarannya dikenal dengan istilah San Min chu I atau tiga asas kerakyatan yang terdiri dari Min T'sen (kebangsaan atau nasionalisme), min tsu (kerakyatan atau demokrasi), dan min sheng (kesejahteraan atau sosialisme). Melalui ajarannya, Sun Yat Sen bercita-cita membentuk pemerintahan pusat yang demokratis yang juga akan mengangkat harkat dan martabat bangsa Tionghoa agar sejajar dengan bangsa lainnya.

Dengan asas Sun Min Chu I, Sun Yat Sen bercita-cita membentuk satu pemerintahan pusat yang demokratis, menyatukan Tiongkok, serta mengangkat harkat dan martabat bangsa Tionghoa agar sejajar dengan bangsa-bangsa Barat. Ia berhasil mengadakan pendekatan kepada rakyat dan menghimpun kekuatan rakyat Tiongkok untuk menggulingkan Dinasti Manchu.
Runtuhnya Dinasti Manchu pada tahun 1912 merupakan awal dari gerakan perubahan dalam masyarakat China menuju masyarakat modern yang mengadopsi nilai-nilai demokrasi dan nasionalisme. Gerakan tersebut diteruskan dengan gerakan nasional China untuk menata ulang kehidupan berbangsa dab bernegara dengan mengadopsi nilai-nilai nasionalisme dari Barat serta meruntuhkan tatanan masyarakat feodak yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Dalam sejarah China, peristiwa menumbangkan Dinasti Manchu dan gerakan nasional dianggap sebagai bagian dari revolusi besar dunia karena berpengaruh terhadap perkembangan masyarakat selanjutnya, baik di china maupun di kawasan lainnya seperti di Asia Tenggara.