Akibat hujan yang terus menerus mengguyur daerah Gayo khususnya Aceh Tengah dan Bener Meriah, membuat beberapa lokasi terkena bencana yang cukup serius seperti longsor dan banjir. Seperti yang terjadi di Desa Paya Kolak, Kecamatan Celala dimana terdapat dua rumah warga setempat amblas terkena musibah longsor. Kerugikan ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.
Jembatan Jamur Ujung yang merupakan penghubung jalan lintas antar kabupaten juga putus total. Keadaan jembatan saat ini jatuh hingga beberapa meter dari posisinya semula. Hal ini membawa dampak sulitnya akses antar kabupaten antara Aceh Tengah dan Bener Meriah.
Yang lebih parah lagi ialah keadaan RS Muyang Kute di daerah Kute Kering dimana seluruh area rumah sakit tersebut digenangi air sebatas mata kaki. Hal ini ditakutkan akan mempengaruhi pelayanan rumah sakit tersebut.
Beberapa tahun sebelumnya, ketika memasuki musim penghujan seperti sekarang ini biasanya tidak pernah terjadi hal-hal yang berdampak pada kerusakan seperti yang terjadi hingga sekarang ini. Apa ini pertanda bahwa kita terlalu serakah sehingga tidak merawat hutan dengan sebaik-baiknya dan kurang bersyukur dengan limpahan rejeki di tanah penghasil kopi ini?
Menanggapi beberapa bencana yang terjadi akhir-akhir ini, salah satu putra terbaik mantan ketua HPBM (Himpunan Mahasiswa Bener Meriah), Banda Aceh bernama Muhammaddinsyah menuliskan sebuah status berbentuk puisi dalam akun facebooknya, sebagai berikut:
Ketika gunung-gunung tak lagi kokoh berdiri,
Satu persatu tumpahkan tanah ke setiap sisi,
Bebatuannya melompat-lompat,
Hujani jalan-jalan di sana sini,
Ketika sungai tak lagi kuat menahan gejolak air hujan,
Hingga tetesannya tenggelamkan pemukiman,
Bahkan sampai hancurkan jembatan,
Ketika itulah,
Kita semua baru mengerti,
Bahwa merusak alam demi pembangunan industri,
Atau alasan apapun adalah kebodohan yang haqiqi.