-->

Kehidupan Nelayan, Pendidikan, dan Kurangnya Inovasi Bidang Perikanan di Pulau Simeulue

Pulau Simeulue sebenarnya kaya akan hasil laut, namun kekayaan ini tidak sebanding dengan tingkat kesejahteraan ekonomi nelayan setempat. Hal ini dikarenakan masih minimnya pemasaran hasil tangkapan nelayan untuk dapat di ekspor ke daerah lain. Lokasi pulau yang cukup jauh dari Daratan adalah salah satu alasan mengapa hal ini bisa terjadi. Minimnya ketersediaan transportasi laut juga memiliki efek yang cukup besar akan hal ini, cara menangkap ikan yang tergolong memakai cara-cara tradisional juga menjadi pemicu kurangnya keinginan untuk menjual hasil tangkapan sehari-hari ke daerah lainnya. 


Memang pada dasarnya, cara menangkap ikan dengan sistem tradisional bisa menjaga kelestarian, pertumbuhan, serta perkembangan seluruh biota laut, termasuk terumbu karang yang menjadi rumah bagi ikan-ikan di lautan. Tapi, pada kenyataannya jika hal ini masih dipakai oleh para nelayan, kemungkinan besar para nelayan akan berada pada sebuah titik dimana akan mengalami kekurangan uang demi menghidupi anak dan istri terlebih jika terjadi badai yang berhari-hari.

Sumber daya manusia ditambah kualitas pendidikan yang masih di bawah rata-rata dibanding dengan kabupaten lain, juga mempengaruhi pola pikir dan kebiasaan masyarakat setempat.

Memang harus disadari bersama bahwa pendidikan dapat mengubah kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru kearah modernisasi dan memunculkan inovasi-inovasi baru dalam rangka memenuhi segala kebutuhan manusia. Oleh sebab itu, sudah tugas kita semua untuk lebih meningkatkan kualitas pendidikan terlebih di daerah-daerah terluar, terdepan, dan tertinggal di Indonesia. Ketika semua itu dapat dilaksanakan oleh setiap kalangan, mulai dari pemerintah hingga menyentuh masyarakat kecil, tanpa adanya KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme) dalam setiap pembangunan infrastruktur maka kesemua itu bisa tercapai dalam kurun waktu yang relatif singkat.

Jadi, sudah sewajarnya juga daerah dengan sumber kekayaan laut yang melimpah, ditambah mayoritas penduduk menggantung hidup dengan melaut, diberi sebuah sosialisasi pentingnya pendidikan, pentingnya penggunaan teknologi baru penangkapan ikan, serta tata cara penjualan hasil laut yang kesemua itu sesuai dengan era revolusi industri 4.0 dengan harapan dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan ke arah yang lebih baik. Terlebih daerah Simeulue kaya akan lobster dan juga cengkeh yang berasal dari perkebunan rakyat yang harga jualnya termasuk mahal di pasar nasional maupun internasional.

Ini hanya hasil buah pikir penulis, jika ada pihak yang merasa dirugikan, penulis dalam hal ini meminta maaf sebesar-besarnya.