-->

Manusia Purba di Indonesia

Peninggalan manusia purba untuk sementara ini yang paling banyak ditemukan berada di Pulau Jawa. Meskipun di daerah lain juga ada, para peneliti belum berhasil menemukan tinggalan tersebut atau masih sedikit yang berhasil ditemukan, misalnya di Flores.


Penelitian tentang sejarah kehidupan manusia di bumi, termasuk hewan dan tumbuhan, pada zaman lampau yang telah menjadi fosil di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Eugene Dubois. Berpijak dari dugaan kuatnya bahwa manusia purba pasti lebih suka hidup di daerah tropis, pada tahun 1887 ia berangkat ke Indonesia.


Trinil adalah sebuah desa di pinggiran Bengawan Solo, masuk wilayah administrasi  Kabupaten  Ngawi,  Jawa  Timur. Tinggalan purbakala telah lebih dulu ditemukan di daerah ini  jauh  sebelum von Koenigswald menemukan Sangiran pada 1934. Ekskavasi yang dilakukan  oleh  Eugene Dubois di Trinil telah membawa penemuan  sisa-sisa  manusia purba yang sangat berharga bagi dunia pengetahuan. Penggalian Dubois dilakukan pada endapan alluvial Bengawan Solo. Dari lapisan ini ditemukan atap tengkorak Pithecanthropus erectus, dan beberapa buah tulang paha (utuh dan fragmen) yang menunjukkan pemiliknya telah berjalan tegak.


Temuan Eugene Dubois yang pertama diumumkan adalah fosil atap tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil pada 1891. Tengkorak Pithecanthropus erectus dari Trinil sangat pendek tetapi memanjang ke belakang. Volume otaknya sekitar 900 cc, di  antara otak kera (600 cc) dan otak manusia modern (1.200-1.400 cc). Tulang kening sangat menonjol dan di bagian belakang mata, terdapat penyempitan yang sangat jelas, menandakan otak yang belum berkembang. Pada bagian  belakang kepala terlihat bentuk yang meruncing yang diduga pemiliknya merupakan perempuan. 

Berdasarkan kaburnya sambungan perekatan antartulang kepala, ditafsirkan inividu ini telah mencapai usia dewasa. 


Untuk lebih jelasnya kita akan membahas jenis-jenis manusia-manusia purba yang pernah hidup di Indonesia berdasarkan penemuan fosil nya.


Meganthropus erectus

Fosil manusia yang paling tua dan primitif yang ditemukan di Indonesia disebut Meganthropus Paleojavanicus. Manusia jenis ini sering disebut manusia raksasa dari Jawa karena memiliki tubuh yang besar dan berbadan tegap. Dari bentuk Meganthropus, para ahli meyakini terjadi evolusi nantinya menjadi jenis Pithecanthropus erectus.


Manusia purba jenis Meganthropus erectus pertama sekali ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald antara tahun 1936-1941 di wilayah Sangiran, Jawa Tengah. Awalnya dia hanya menemukan fragmen/bagian rahang atas yang ukurannya cukup besar serta gigi lepas. Masa hidup manusia purba jenis Meganthropus di Indonesia diperkirakan 1,9 juta tahun yang lalu atau semasa zaman Pleistosen awal.


Adapun ciri-ciri Meganthropus erectus antara lain :

  1. Tulang pipi tebal
  2. Otot kunyah kuat
  3. Tonjolankening mencolok
  4. Tonjolan belakang tajam
  5. Tidak memiliki dagu
  6. Perawakan tegap
  7. Hanya memakan tumbuhan


Pithecanthropus erectus

Fosil manusia yang paling banyak ditemukan di Indonesia ialah jenis Pithecanthropus. Pithecanthropus berasal dari kata pithecos yang berarti Kera dan anthropus yang berarti manusia., dan erectus yang berarti berjalan tegak. Jadi, secara harfiah berarti manusia kera yang berjalan tegak. Diperkirakan jenis manusia purba ini hidup dan berkembang sekitar zaman Pleistosen Tengah.


Fosil Pithecanthropus ditemukan di daerah Perning, Kedungbrubus, Trinil, Sambungmacan, dan Ngandong. Pithecanthropus hidup di lembah-lembah atau di kaki-kaki pegunungan dekat perairan darat di Jawa Tengah dan Jawa Timur.


Adapun ciri-ciri Pithecanthropus erectus antara lain :

  1. Tinggi badan berkisar antara 165-180 cm dengan tubuh dan anggota badan yang tegap, tetapi tidak setegap Meganthropus.
  2. Alat-alat pengunyah juga tidak sekuat Meganthropus, demikian pula otot-otot tengkuk.
  3. Geraham besar, rahang kuat, tomjolan kening tebal serta melintang pada dahi dari pelipis, dan tonjolan belakang kepala nyata.
  4. Dagu belum ada.
  5. Hidung lebar.
  6. Perkembangan otak belum menyamai manusia jenis Homo. 
  7. Volume otak berkisar antara 750-1300 cc.


Fosil manusia purba jenis Pithecanthropus erectus juga ditemukan oleh G.H.R von Koenigswald pada 1936, yang diberi nama Pithecanthropus Mojokertensis yang merupakan manusia purba jenis Pithecanthropus erectus tertua di dunia.


Homo

Fosil jenis Homo ini pertama diteliti oleh van Reitschoten di Wajak. Penelitian dilanjutkan oleh Eugene Dubois bersama kawan-kawan dan menyimpulkan sebagai jenis Homo. Ciri-ciri jenis manusia Homo ini muka lebar, hidung dan mulutnya menonjol. Dahi juga masih menonjol, sekalipun tidak semenonjol jenis Pithecanthropus. Bentuk fisiknya tidak jauh berbeda dengan manusia sekarang. Hidup dan perkembangan jenis manusia ini sekitar 40.000 – 25.000 tahun yang lalu. Tempat-tempat penyebarannya tidak hanya di Kepulauan Indonesia, tetapi juga di Filipina dan Cina Selatan. Manusia purba jenis Homo diyakini sebagai hasil evolusi dari Pithecanthropus.


Homo sapiens artinya ‘manusia sempurna’ baik dari segi fisik, volume otak maupun postur badannya yang secara umum tidak jauh berbeda dengan manusia modern. Kadang-kadang Homo sapiens juga diartikan dengan ‘manusia bijak’ karena telah lebih maju dalam berpikir dan menyiasati tantangan alam. Bagaimanakah mereka muncul ke bumi pertama kali dan kemudian menyebar dengan cepat ke berbagai penjuru dunia hingga saat ini? Para ahli paleoanthropologi dapat melukiskan perbedaan morfologis antara Homo sapiens dengan pendahulunya, Homo erectus. Rangka Homo sapiens kurang kekar posturnya dibandingkan Homo erectus. Salah satu alasannya karena tulang belulangnya tidak setebal dan sekompak Homo erectus.


Di Kepulauan Indonesia, 40.000 tahun yang lalu sudah dihuni oleh manusia purba jenis Homo. B.D. van Reitschoten yang menemukan fosil Homo di daerah Wajak memberi nama Homo Wajakertensis. Ter Haar, W.F.F Oppenoorth, dan von Koenigswald menemukan fosil di Ngandong, Blora, Sangiran, Sambungmacan, dan Sragen memberi nama Homo Soloensis. Fosil jenis Homo juga ditemukan di sebuah gua kapur bernama Liang Bua, Flores diberi nama Homo Floresiensis.


Homo Floresiensis diyakini sebagai fosil yang lebih tua dari segala jenis fosil berjenis Homo di dunia. Prof. Teuku Jacob dari Universitas Gajah Mada meyakini bahwa Homo Floresiensis merupakan jenis manusia purba yang merupakan nenek moyang dari Homo.  


Evaluasi

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar !

1. Siapakah arkeolog pertama yang meneliti tentang manusia purba di Indonesia …

a. G.H.R Von Koenigswald

b. Eugene Dubois

c. Ter Haar

d. W.F.F. Oppenorth

e. Prof. Teuku Jacob


2. Fosil rahang meganthropus erectus pertama sekali ditemukan di daerah …

a. Sangiran. Jawa Tengah

b. Liang Bua, flores

c. Loyang Koro, Aceh Tengah

d. Kedung Brubus, Jawa Timur

e. Wajak, Jawa Timur


3. Kata erectus jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia dapat berarti…

a. Manusia

b. Purba

c. Kera

d. Besar

e. Berjalan tegak


4. Arti kata Homo Sapiens dapat berarti…

a. Manusia sempurna

b. Manusia kera

c. Manusia berbadan tegap

d. Nenek moyang

e. Manusia purba


5. Volume otak berkisar antara 750-1300 cc merupakan ciri dari manusia purba jenis…

a. Pithecanthropus erectus

b. Homo Floresiensis

c. Homo Wajakertensis

d. Meganthropus erectus

e. Homo Sapiens


Uraian !

  1. Sebutkan ciri-ciri Pithecanthropus Erectus !
  2. Sebutkan tiga manusia purba jenis Homo yang ditemukan di Indonesia !
  3. Sebutkan tiga nama arkeolog asing yang meneliti fosil Homo di Kepulauan Indonesia !
  4. Apa alasan utama Eugene Dubois pergi ke Indonesia untuk mencari fosil manusia purba ?
  5. Menurut kalian, apa penyebab manusia purba bisa punah dilihat dari segi peradaban ?