-->

Biografi Singkat Sayuti Melik

Siapa yang tak kenal dengan tokoh yang satu ini sob, dimana kedua tangannya sangat penting dala proses kemerdekaan Indonesia. Ia adalah sosok yang mengetik naskah Proklamasi kemerdekaan negara kita sob. Siapa lagi kalau bukan sayuti Melik. Sayuti Melik sendiri memiliki nama masa kecil Mohamad Ibnu Syauti. Tokoh yang lahir pada tanggal 22 November 1908 di Sleman, Yogyakarta ini berperan dalam pencatatan hasil diskusi susunan teks proklamasi. Ia yang mengetik teks proklamasi yang dibacakan Sukarno-Hatta. Sejak muda, Sayuti Melik sudah aktif dalam gerakan politik dan jurnalistik. Tahun 1942 menjadi pemimpin redaksi surat kabar Sinar Baru Semarang. Sayuti berasal dari keluarga yang cukup berpengaruh di desanya. Ayahnya, Abdul Mu’in alias Partoprawito adalah seorang kepala desa dan ibunya bernama Sumilah. Dari ayahnya, Sayuti banyak belajar tentang nasionalisme dan bagaimana pentingnya bebas dari penjajahan.
Ia menempuh pendidikan dasar di Sekolah Ongko Loro (Setingkat SD) di desa Srowolan, sampai kelas IV dan diteruskan sampai mendapat ijazah di Yogyakarta. Lalu pendidikan Sayuti dilanjutkan di Solo (1920-1924). Selama di Solo Sayuti banyak berintraksi dengan orang-orang yang berhaluan Marxisme seperti Kiai Misbach, salah satu tokoh Islam kiri. Perkenalan Sayuti yang pertama dengan Bung Karno terjadi di Bandung pada 1926. Perjuangan Sayuti juga melalui tulisan-tulisannya dibeberapa media massa. Sayuti pernah mendirikan Koran Pesat di Semarang yang terbit tiga kali seminggu dengan tiras 2 rubu eksemplar. Koran itu didirikan bersama istrinya, SK Trimurti yang dinikahinya pada 19 Juli 1938. Mereka menikah usai Sayuti menjalani tiga masa pembuangan: di Boven Digul (1927-1933) karena dituduh membantu PKI, di Singapura (1936), dan di Jakarta dimasukkan ke sel di Gang Tengah (1937-1938). Selama hidupnya Sayuti pernah bergabung dengan organisasi pergerakan dan menduduki jabatan-jabatan penting di pemerintahan setelah Indonesia merdeka. Tercatat, Sayuti adalah anggota PPKI, dan setelah kemerdekaan ia menjadi anggota KNIP, menjadi anggota MPRS, DPR-GR pada masa Presiden Soerkarno, menjadi anggota MPR-DPR (1971-1977) pada masa Soeharto.
Sayuti Melik termasuk dalam kelompok Menteng 31 yang berperan dalam penculikan Soekarno-Hatta pada tanggal 16 Agustus 1945 (Peristiwa Rengasdengklok). Para pejuang termasuk Chaerul Saleh, Sukarni, dan Wikana, bersama Shodanco Singgih, salah seorang anggota PETA dan pemuda lain membawa Soekarno (bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan) dan Hatta ke Rengasdengklok. Tujuannya adalah agar Soekarno dan Hatta tidak terpengaruh oleh Jepang.
Nama tokoh ini semakin mencuat pada sekitar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Sayuti Melik cukup lama menjadi sekertaris pribadi Soekarno. la telah menyaksikan penyusunan teks proklamasi yang dibuat oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Achmad Subardjo di ruang makan rumah Maeda. Sayuti bersama Sukarni menjadi wakil dari golongan muda. Bahkan akhirnya ia dipercaya untuk mengetik teks proklamasi yang ditulis tangan oleh Sukarno. Terdapat beberapa perubahan antara teks proklamasi klad (yang ditulis tangan) dengan yang otentik (diketik):
  1. Kata “Tempoh” menjadi “Tempo”
  2. Wakil-wakil bangsa Indonesia menjadi  Atas nama Bangsa Indonesia
  3. Jakarta, 17 – 8 – 05 menjadi Jakarta, hari 17 bulan 8 tahun ’05 (Tahun ’05 adalah tahun Jepang (Syowa 2605 = 1945 masehi).
Setelah naskah proklamasi selesai diketik kemudian ditandatangani Soekarno dan Hatta di tempat tersebut. Sayuti Melik meninggal pada tanggal 27 Februari 1989 pada usia 80 tahun setelah setahun sakit dan dimakamkan di TMP Kalibata.