A. Konflik Terjadi Berkelanjutan
Lahirnya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan buah suatu perjuangan kemerdekaan oleh seluruh rakyat. Kemerdekaan harus terus dipertahankan demi kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Kemerdekaan Bangsa Indonesia adalah kebebasan dalam segala hal agar bisa membangun kembali bangsa tanpa campur tangan penjajah. Meskipun bangsa Indonesia sudah merdeka, Belanda masih menghendaki Indonesia tetap menjadi bagian dari negaranya. Belanda yang sudah bertahun-tahun lamanya mencengkeram dan menanamkan kekuasaannya di Indonesia tidak dengan suka rela bersedia melepaskan kekuasaan itu .
Pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, ternyata dunia internasional belum sepenuhnya mengakuinya. Walaupun Indonesia telah merdeka, Belanda masih berkuasa atas beberapa daerah di Indonesia. seperti: Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Palembang, Medan, Padang, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil lain. Daerah-daerah tersebut tidak akan dikembalikan kepada Indonesia. Belanda menganggap kekuasaannya sudah tertanam lama di daerah tersebut.
Keengganan Belanda menyerahkan daerah-daerah tersebut memicu terjadinya perlawaan di seluruh pelosok negeri. Rakyat menghendaki agar Belanda menyerahkan daerah-daerah dan pulau-pulau yang dikuasai dikembalikan ke Indonesia. Rakyat berpendapat bahwa daerah-daerah itu merupakan bagian wilayah Indonesia yang sah. Selama enam bulan setelah berdirinya Republik terjadilah pertempuran di mana-mana. Pertempuran sebagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah. Insiden pertama kali terjadi pada tanggal 19 September 1945 di Hotel Yamato di Tunjungan Surabaya. Pertempuran terjadi karena para pemuda Indonesia tidak bisa menerima pengibaran bendera Belanda yang dilakukan oleh sejumlah bekas interniran. Pertempuran bermula dari perobekan bendera Belanda oleh Arek-arek Suroboyo. Peristiwa ini kemudian disusul dengan perkelahian massal antara orang-orang Belanda yang dibantu orang Indo-Belanda melawan pemuda-pemuda Indonesia.
Pertempuran serupa yang terjadi di Surabaya juga terjadi di beberapa daerah seperti: Bandung dan Semarang. Pertempuran di Bandung mengenai persoalan persenjataan pada tanggal 6 Oktober 1945. Pemuda- pemuda mengadakan aksi boikot terhadap bekas internir Belanda. Pada tannggal 9 Oktober 1945 pemuda-pemuda menyerbu pabrik senjata di Kiaracondong Bandung. Sayang kemenangan belum berpihak kepada pemuda Indonesia.
Di Jawa Tengah pertempuran terjadi karena adanya pengambil alihan kekuasaan. Perebutan bangunan pemerintahan di Surakarta, perusahaan-perusahaan gula di Sragen dan Klaten. Pertempuran yang terjadi di Semarang karena adanya aksi balas dendam terhadap pihak Jepang yang dengan semena-mena melakukan penangkapan dan pembunuhan sejumlah pemuda Indonesia. Jelaslah sudah bahwa pertempuran yang terjadi di berbagai kota besar di Jawa merupakan aksi perlawanan rakyat mengusir penjajah yang tidak mau angkat kaki dari Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Melihat terjadinya pertempuran diberbagai kota, pemerintah berpendapat bahwa pertempuran harus dihentikan.
Jika dibiarkan akan menimbulkan akibat yang lebih besar lagi yang justru akan merugikan bangsa Indonesia. Untuk mengatasinya, pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan baru dengan jalan perundingan. Berunding dengan Belanda agar tercipta perdamaian bagi bangsa Indonesia. Menurut Pemerintah Indonesia cara tersebut lebih elegan dan bermartabat.
B. Pemilihan Jalan Diplomasi
1. Pihak Republik Indonesia
Pertempuran yang terjadi terus menerus setelah Indonesia merdeka akan membawa dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Kemerdekaan tidak dapat dirasakan. Oleh rakyat jika pemerintah tidak dalam keadaan damai. Memang tidak dapat disangkal pertempuran-pertempuran tidak dapat dihindari. Hal itu terjadi karena adanya rasa semangat nasionalisme dan kesadaran rakyat untuk mengusir penjajah dari Indonesia. Sejak awal Soekarno-Hatta selalu memilih penyelesaian dengan cara damai, baik ketika menghadapi Jepang maupun Belanda. Bagi pemuda, sikap ini kadang dianggap sikap pengecut dan lemah mendorong Syahrir untuk ikut berperan dalam pemerintahan. Dalam hal ini, pemerintah Republik Indonesia menyadari untuk mempertahankan kemerdekaan tidak selamanya dengan perjuangan bersenjata. Sementara itu Sutan Syahrir diperkuat dan membentuk kabinet baru tampil dalam perjuangan politik setelah membentuk kementrian nasional. Jika perjuangan bersenjata tersebut dapat digunakan dalam persengketaan antara Indonesia-Belanda tidak akan ada penyelesaian karena kalah persenjataan. Ketika pemerintahan Presidensial diubah menjadi pemerintahan Demokrasi Parlementer. Pada masa itu kekuasaan politik dijalankan oleh Sutan Syahrir. Beliau lebih memilih perjuangan perundingan atau juga disebut politik diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan, parlementer banyak yang menentang terutama bagi golongan sosialis dan golongan kanan di dalam negeri.
2. Pihak Pemerintah Belanda
Pidato Wilhelmina, sesudah Perang Pasifik akan menjadi dasar langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah Belanda untuk memulai suatu dialog dengan wakil-wakil Indonesia. Menteri jajahan seusai Perang Pasifik ketika itu, Logemann berpendapat bahwa kebijakan Belanda setelah Perang harus ditunjukan ke pengakuan nasionalisme Indonesia. Sekalipun Logemann menyadari nasionalisme di Indonesia jauh dari matang. Berbeda dengan Van Starkenborg Stachouwer berpendapat lain, ia tetap pada pendiriannya bahwa kebijakan ketatanegaraan harus bersambung dengan masa lalu. Perubahan hanya dilakukan secara sedikit demi sedikit dengan hati-hati, dengan Belanda bersifat menentukan dan ia sangat menentang dirangsanya cita-cita politik terutama diadakannya pembicaraan dengan para pemuka Indonesia. Perbedaan mendasar dalam pendirian Logemann dan Van Starkenbrog, mengakibatkan pada tanggal 11 Oktober 1945 Van Starkenbrog mengundurkan diri. Hal ini mengakibatkan Pemerintah Belanda membebankan Letnan Gubernur Jendral Dr. H.J. van Mook sebagai pemerintah umum dan wali negara di Hindi Belanda. Melihat karir politik Van Mook adalah orang yang pilihannya paling tepat karena selain telah lama menjadi pejabat di Indonesia juga dapat menilai persoalan setelah perang di Indonesia. Dengan adanya Van Mook yang telah lama tinggal di Indonesia dan memahami kondisi masyarakat Indonesia, tentu sangat membantu untuk dapat diterima oleh pihak wakil-wakil Republik.
Perjuangan negara Indonesia untuk meyakinkan dunia Internasional agar hak-hak bengsa Indonesia sebagai sebuah negara merdeka akan dihormati, Pemerintah berupaya melobi negara-negara lain untuk memperjuangkan negara Indonesia dalam Forum PBB. atas dorongan merekalah PBB kemudian merancang sejumlah perundingan:
1. perundingan Hooge Veluwe di Belanda pada tanggal 14-25 April 1946
2. perundingan Linggarjati di Jawa Barat pada 15 November 1946
3. perundingan Renville diatas kapal Angkatan Laut AS US Renville pada tanggal 17 Januari 1948
4. perundingan Roem-Roijen di Jakarta pada tanggal 14 April 1949
5. Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949
Karena cara diplomasi dianngap cara yang menguntungkan karena tidak menelan korban dan juga biasanya terjadi secara damai. Perjuangan tidak terlalu terganggu karena tidak perlu lagi memikirkan resiko korban. tapi jika diplomasi gagal maka potensi terjadinya perang membesar
Sebab-Sebab Perang Kemerdekaan dalam Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1946)
Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan yang terjadi pada 17 Agustus 1945, menjadi suatu cita-cita besar bangsa Indonesia yang terwujud. Selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan penjajah baik Belanda maupun Jepang, menjadikan suatu kemerdekaan adalah tahapan puncak perjuangan bangsa Indonesia. Dan akhirnya hal tersebut benar-benar nyata digenggaman bangsa Indonesia. Meski Indonesia telah menyatakan kemerdekaanya, namun ancaman besar begitu saja menghampiri ditengah euforia Revolusi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan menjelang akhir Perang Dunia Jepang terkalahkan dan sesuai dengan perjanjian bahwa negara jajahan yang dikuasai Jepang harus dikembalikan kepada pihak kolonial. Dari titik inilah suatu kekhawatiran melanda bangsa Indonesia, posisi kemerdekaan terancam untuk diambil alih oleh Belanda. Lebih-lebih dalam percobaan penguasaan ini Belanda lebih keras untuk menaklukan Indonesia secara keseluruhan. maka dimulailah perang kemerdekaan Indonesia.
Perang kemerdekaan adalah suatu wujud manifestasi konflik yang dilakukan secara fisik maupun non fisik dengan saling bertikai, bertempur, dan menyerang dengan tujuan untuk mendapatkan atau memperebutkan suatu kekuasaan dengan keadaan bebas dan independen untuk mengupayakan penetapan kemerdekaan yang sebenarnya dan seutuhnya untuk bangsa Indonesia. Sehingga tidak ada namanya penjajan diatas bumi Indonesia, dan Indonesia hanyalah untuk bangsa Indonesia.
Setelah dimenangkannya Perang Dunia II, Belanda berhasrat untuk menguasai Indonesia secara keseluruhan.Berdasarkan Civil Affairs Agreement. Tentara inggris selaku wakil dari sekutu tiba di Jakarta. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration- pemerintahan sipil Hindia Belanda) Lalu dimulailah aksi sekutu dalam melancarkan misinya untuk mengembalikan Indonesia dari tangan Jepang kepada Belanda.
Definisi dan Pengertian Civil Affairs Agreement adalah persetujuan antara pemerintah kerajaan Inggris dan kerajaan Belanda, yang menyetujui bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda. Untuk hal-hal yang berkenaan dengan pemerintahan sipil, pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggung jawab komando Inggris. Pada tahap berikutnya kekuasaan itu akan dikembalikan kepada kerajaan Belanda. Civil Affairs Agreement tersebut ditandangani pada tanggal 24 Agustus 1945 tepat enam hari setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Dari hal tersebutlah yang menciptakan perang berkecamuk antara Jepang yang berusaha mempertahankan kekuasaanya pada Indonesia, pihak Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia dengan bantuan Sekutu, dan pihak Indonesia yang ingin seutuhnya merdeka tanpa ganggu gugat yang di prakarsai oleh proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Baik pihak Belanda maupun pihak revolusioner Indonesia menganggap Revolusi Indonesia sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi Belanda, tujuanya menghancurkan orang yang bekerjasama dengan jepang dan memulihkan rezim kolonial. Bagi pemimpin revolusi Indonesia tujuanya adalah melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional. Sebenarnya inilah saat ketiga kalinya pihak Belanda bermaksud menaklukan Indonesia, mereka saat itu akan mencoba untuk yang ketiga kalinya, dan masalah yang mereka hadapi ialah menaklukkan seluruh nusantara sekaligus. Bagi rakyat Indonesia, mereka mengalami suatu keadaan yang belum pernah dialami sebelumnya sejak abad ke XVI yaitu hampir menguasai seluruh nusantara. Tetapi persatuan nasional yang bulat masih tetap jauh, dikarenakan berbagai sistem yang belum tepat dan keadaan konflik internal yang belum terselesaikan menjadikan Belanda hampir berhasil. Namun keberhasilan tersebut tidak berlangsung karena perlawanan bangsa Indonesia serta dukungan dari bangsa-bangsa lain.
Pada bulan Oktober 1945, pihak Jepang berusaha mendapatkan kembali kekuasaan di kota-kota besar dan kecil di Jawa yang baru saja ia setujui diambil alih bangsa Indonesia. Ini menyebabkan dimulainya tahapan-tahapan pertama dari peperangan. Terjadi keributan dan pembantaian yang menimbulkan banyak korban akibat perebutan wilayah oleh jepang dan mendapatkan perlawanan dari Indonesia dan sekutu, pada tanggal 2 November, Soekarno memerintahkan gencatan senjata atas permintaan pihak Inggris, tetapi pada akhir bulan November, pertempuran telah berkobar lagi dan pihak Inggris mundur ke pesisir.
Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional.
Kedatangan Sekutu di Indonesia menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat Indonesia. Apalagi dengan memboncengnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Hal ini mengakibatkan berbagai upaya penentangan dan perlawanan dari masyarakat diantaranya perlawan rakyat Semarang, pertempuran palagan ambarawa, medan area, bandung lautan api, puputan margarana, dan peristiwa pembantaian oleh westerling di makassar.
Lahirnya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan buah suatu perjuangan kemerdekaan oleh seluruh rakyat. Kemerdekaan harus terus dipertahankan demi kelangsungan hidup Bangsa Indonesia. Kemerdekaan Bangsa Indonesia adalah kebebasan dalam segala hal agar bisa membangun kembali bangsa tanpa campur tangan penjajah. Meskipun bangsa Indonesia sudah merdeka, Belanda masih menghendaki Indonesia tetap menjadi bagian dari negaranya. Belanda yang sudah bertahun-tahun lamanya mencengkeram dan menanamkan kekuasaannya di Indonesia tidak dengan suka rela bersedia melepaskan kekuasaan itu .
Pada masa-masa awal kemerdekaan Indonesia, ternyata dunia internasional belum sepenuhnya mengakuinya. Walaupun Indonesia telah merdeka, Belanda masih berkuasa atas beberapa daerah di Indonesia. seperti: Jakarta, Bogor, Bandung, Semarang, Surabaya, Palembang, Medan, Padang, Kalimantan, Sulawesi, dan pulau-pulau kecil lain. Daerah-daerah tersebut tidak akan dikembalikan kepada Indonesia. Belanda menganggap kekuasaannya sudah tertanam lama di daerah tersebut.
Keengganan Belanda menyerahkan daerah-daerah tersebut memicu terjadinya perlawaan di seluruh pelosok negeri. Rakyat menghendaki agar Belanda menyerahkan daerah-daerah dan pulau-pulau yang dikuasai dikembalikan ke Indonesia. Rakyat berpendapat bahwa daerah-daerah itu merupakan bagian wilayah Indonesia yang sah. Selama enam bulan setelah berdirinya Republik terjadilah pertempuran di mana-mana. Pertempuran sebagai bentuk perlawanan rakyat Indonesia terhadap penjajah. Insiden pertama kali terjadi pada tanggal 19 September 1945 di Hotel Yamato di Tunjungan Surabaya. Pertempuran terjadi karena para pemuda Indonesia tidak bisa menerima pengibaran bendera Belanda yang dilakukan oleh sejumlah bekas interniran. Pertempuran bermula dari perobekan bendera Belanda oleh Arek-arek Suroboyo. Peristiwa ini kemudian disusul dengan perkelahian massal antara orang-orang Belanda yang dibantu orang Indo-Belanda melawan pemuda-pemuda Indonesia.
Pertempuran serupa yang terjadi di Surabaya juga terjadi di beberapa daerah seperti: Bandung dan Semarang. Pertempuran di Bandung mengenai persoalan persenjataan pada tanggal 6 Oktober 1945. Pemuda- pemuda mengadakan aksi boikot terhadap bekas internir Belanda. Pada tannggal 9 Oktober 1945 pemuda-pemuda menyerbu pabrik senjata di Kiaracondong Bandung. Sayang kemenangan belum berpihak kepada pemuda Indonesia.
Di Jawa Tengah pertempuran terjadi karena adanya pengambil alihan kekuasaan. Perebutan bangunan pemerintahan di Surakarta, perusahaan-perusahaan gula di Sragen dan Klaten. Pertempuran yang terjadi di Semarang karena adanya aksi balas dendam terhadap pihak Jepang yang dengan semena-mena melakukan penangkapan dan pembunuhan sejumlah pemuda Indonesia. Jelaslah sudah bahwa pertempuran yang terjadi di berbagai kota besar di Jawa merupakan aksi perlawanan rakyat mengusir penjajah yang tidak mau angkat kaki dari Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Melihat terjadinya pertempuran diberbagai kota, pemerintah berpendapat bahwa pertempuran harus dihentikan.
Jika dibiarkan akan menimbulkan akibat yang lebih besar lagi yang justru akan merugikan bangsa Indonesia. Untuk mengatasinya, pemerintah Indonesia menetapkan kebijakan baru dengan jalan perundingan. Berunding dengan Belanda agar tercipta perdamaian bagi bangsa Indonesia. Menurut Pemerintah Indonesia cara tersebut lebih elegan dan bermartabat.
B. Pemilihan Jalan Diplomasi
1. Pihak Republik Indonesia
Pertempuran yang terjadi terus menerus setelah Indonesia merdeka akan membawa dampak negatif bagi bangsa Indonesia. Kemerdekaan tidak dapat dirasakan. Oleh rakyat jika pemerintah tidak dalam keadaan damai. Memang tidak dapat disangkal pertempuran-pertempuran tidak dapat dihindari. Hal itu terjadi karena adanya rasa semangat nasionalisme dan kesadaran rakyat untuk mengusir penjajah dari Indonesia. Sejak awal Soekarno-Hatta selalu memilih penyelesaian dengan cara damai, baik ketika menghadapi Jepang maupun Belanda. Bagi pemuda, sikap ini kadang dianggap sikap pengecut dan lemah mendorong Syahrir untuk ikut berperan dalam pemerintahan. Dalam hal ini, pemerintah Republik Indonesia menyadari untuk mempertahankan kemerdekaan tidak selamanya dengan perjuangan bersenjata. Sementara itu Sutan Syahrir diperkuat dan membentuk kabinet baru tampil dalam perjuangan politik setelah membentuk kementrian nasional. Jika perjuangan bersenjata tersebut dapat digunakan dalam persengketaan antara Indonesia-Belanda tidak akan ada penyelesaian karena kalah persenjataan. Ketika pemerintahan Presidensial diubah menjadi pemerintahan Demokrasi Parlementer. Pada masa itu kekuasaan politik dijalankan oleh Sutan Syahrir. Beliau lebih memilih perjuangan perundingan atau juga disebut politik diplomasi dalam mempertahankan kemerdekaan, parlementer banyak yang menentang terutama bagi golongan sosialis dan golongan kanan di dalam negeri.
2. Pihak Pemerintah Belanda
Pidato Wilhelmina, sesudah Perang Pasifik akan menjadi dasar langkah-langkah yang akan diambil Pemerintah Belanda untuk memulai suatu dialog dengan wakil-wakil Indonesia. Menteri jajahan seusai Perang Pasifik ketika itu, Logemann berpendapat bahwa kebijakan Belanda setelah Perang harus ditunjukan ke pengakuan nasionalisme Indonesia. Sekalipun Logemann menyadari nasionalisme di Indonesia jauh dari matang. Berbeda dengan Van Starkenborg Stachouwer berpendapat lain, ia tetap pada pendiriannya bahwa kebijakan ketatanegaraan harus bersambung dengan masa lalu. Perubahan hanya dilakukan secara sedikit demi sedikit dengan hati-hati, dengan Belanda bersifat menentukan dan ia sangat menentang dirangsanya cita-cita politik terutama diadakannya pembicaraan dengan para pemuka Indonesia. Perbedaan mendasar dalam pendirian Logemann dan Van Starkenbrog, mengakibatkan pada tanggal 11 Oktober 1945 Van Starkenbrog mengundurkan diri. Hal ini mengakibatkan Pemerintah Belanda membebankan Letnan Gubernur Jendral Dr. H.J. van Mook sebagai pemerintah umum dan wali negara di Hindi Belanda. Melihat karir politik Van Mook adalah orang yang pilihannya paling tepat karena selain telah lama menjadi pejabat di Indonesia juga dapat menilai persoalan setelah perang di Indonesia. Dengan adanya Van Mook yang telah lama tinggal di Indonesia dan memahami kondisi masyarakat Indonesia, tentu sangat membantu untuk dapat diterima oleh pihak wakil-wakil Republik.
Perjuangan negara Indonesia untuk meyakinkan dunia Internasional agar hak-hak bengsa Indonesia sebagai sebuah negara merdeka akan dihormati, Pemerintah berupaya melobi negara-negara lain untuk memperjuangkan negara Indonesia dalam Forum PBB. atas dorongan merekalah PBB kemudian merancang sejumlah perundingan:
1. perundingan Hooge Veluwe di Belanda pada tanggal 14-25 April 1946
2. perundingan Linggarjati di Jawa Barat pada 15 November 1946
3. perundingan Renville diatas kapal Angkatan Laut AS US Renville pada tanggal 17 Januari 1948
4. perundingan Roem-Roijen di Jakarta pada tanggal 14 April 1949
5. Konferensi Meja Bundar di Den Haag pada tanggal 23 Agustus-2 November 1949
Karena cara diplomasi dianngap cara yang menguntungkan karena tidak menelan korban dan juga biasanya terjadi secara damai. Perjuangan tidak terlalu terganggu karena tidak perlu lagi memikirkan resiko korban. tapi jika diplomasi gagal maka potensi terjadinya perang membesar
Sebab-Sebab Perang Kemerdekaan dalam Mempertahankan Kemerdekaan (1945-1946)
Peristiwa Proklamasi Kemerdekaan yang terjadi pada 17 Agustus 1945, menjadi suatu cita-cita besar bangsa Indonesia yang terwujud. Selama berabad-abad berada di bawah kekuasaan penjajah baik Belanda maupun Jepang, menjadikan suatu kemerdekaan adalah tahapan puncak perjuangan bangsa Indonesia. Dan akhirnya hal tersebut benar-benar nyata digenggaman bangsa Indonesia. Meski Indonesia telah menyatakan kemerdekaanya, namun ancaman besar begitu saja menghampiri ditengah euforia Revolusi Indonesia. Hal tersebut dikarenakan menjelang akhir Perang Dunia Jepang terkalahkan dan sesuai dengan perjanjian bahwa negara jajahan yang dikuasai Jepang harus dikembalikan kepada pihak kolonial. Dari titik inilah suatu kekhawatiran melanda bangsa Indonesia, posisi kemerdekaan terancam untuk diambil alih oleh Belanda. Lebih-lebih dalam percobaan penguasaan ini Belanda lebih keras untuk menaklukan Indonesia secara keseluruhan. maka dimulailah perang kemerdekaan Indonesia.
Perang kemerdekaan adalah suatu wujud manifestasi konflik yang dilakukan secara fisik maupun non fisik dengan saling bertikai, bertempur, dan menyerang dengan tujuan untuk mendapatkan atau memperebutkan suatu kekuasaan dengan keadaan bebas dan independen untuk mengupayakan penetapan kemerdekaan yang sebenarnya dan seutuhnya untuk bangsa Indonesia. Sehingga tidak ada namanya penjajan diatas bumi Indonesia, dan Indonesia hanyalah untuk bangsa Indonesia.
Setelah dimenangkannya Perang Dunia II, Belanda berhasrat untuk menguasai Indonesia secara keseluruhan.Berdasarkan Civil Affairs Agreement. Tentara inggris selaku wakil dari sekutu tiba di Jakarta. Kehadiran tentara Sekutu ini, diboncengi NICA (Netherland Indies Civil Administration- pemerintahan sipil Hindia Belanda) Lalu dimulailah aksi sekutu dalam melancarkan misinya untuk mengembalikan Indonesia dari tangan Jepang kepada Belanda.
Definisi dan Pengertian Civil Affairs Agreement adalah persetujuan antara pemerintah kerajaan Inggris dan kerajaan Belanda, yang menyetujui bahwa panglima tentara pendudukan Inggris di Indonesia akan memegang kekuasaan atas nama pemerintah Belanda. Untuk hal-hal yang berkenaan dengan pemerintahan sipil, pelaksanaannya diselenggarakan oleh NICA dibawah tanggung jawab komando Inggris. Pada tahap berikutnya kekuasaan itu akan dikembalikan kepada kerajaan Belanda. Civil Affairs Agreement tersebut ditandangani pada tanggal 24 Agustus 1945 tepat enam hari setelah Indonesia menyatakan kemerdekaannya.
Dari hal tersebutlah yang menciptakan perang berkecamuk antara Jepang yang berusaha mempertahankan kekuasaanya pada Indonesia, pihak Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia dengan bantuan Sekutu, dan pihak Indonesia yang ingin seutuhnya merdeka tanpa ganggu gugat yang di prakarsai oleh proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Baik pihak Belanda maupun pihak revolusioner Indonesia menganggap Revolusi Indonesia sebagai suatu zaman yang merupakan kelanjutan dari masa lampau. Bagi Belanda, tujuanya menghancurkan orang yang bekerjasama dengan jepang dan memulihkan rezim kolonial. Bagi pemimpin revolusi Indonesia tujuanya adalah melengkapi dan menyempurnakan proses penyatuan dan kebangkitan nasional. Sebenarnya inilah saat ketiga kalinya pihak Belanda bermaksud menaklukan Indonesia, mereka saat itu akan mencoba untuk yang ketiga kalinya, dan masalah yang mereka hadapi ialah menaklukkan seluruh nusantara sekaligus. Bagi rakyat Indonesia, mereka mengalami suatu keadaan yang belum pernah dialami sebelumnya sejak abad ke XVI yaitu hampir menguasai seluruh nusantara. Tetapi persatuan nasional yang bulat masih tetap jauh, dikarenakan berbagai sistem yang belum tepat dan keadaan konflik internal yang belum terselesaikan menjadikan Belanda hampir berhasil. Namun keberhasilan tersebut tidak berlangsung karena perlawanan bangsa Indonesia serta dukungan dari bangsa-bangsa lain.
Pada bulan Oktober 1945, pihak Jepang berusaha mendapatkan kembali kekuasaan di kota-kota besar dan kecil di Jawa yang baru saja ia setujui diambil alih bangsa Indonesia. Ini menyebabkan dimulainya tahapan-tahapan pertama dari peperangan. Terjadi keributan dan pembantaian yang menimbulkan banyak korban akibat perebutan wilayah oleh jepang dan mendapatkan perlawanan dari Indonesia dan sekutu, pada tanggal 2 November, Soekarno memerintahkan gencatan senjata atas permintaan pihak Inggris, tetapi pada akhir bulan November, pertempuran telah berkobar lagi dan pihak Inggris mundur ke pesisir.
Surabaya menjadi ajang pertempuran yang paling hebat selama Revolusi, sehingga menjadi lambang perlawanan nasional.
Kedatangan Sekutu di Indonesia menimbulkan berbagai reaksi dari masyarakat Indonesia. Apalagi dengan memboncengnya Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia. Hal ini mengakibatkan berbagai upaya penentangan dan perlawanan dari masyarakat diantaranya perlawan rakyat Semarang, pertempuran palagan ambarawa, medan area, bandung lautan api, puputan margarana, dan peristiwa pembantaian oleh westerling di makassar.
Penyusun: Aditya Isnaini Prasetya, S. Pd