Pada dasarnya, manusia adalah mahluk yang memiliki naluri untuk hidup bersama dengan manusia lain (gregariousness). Ia juga memiliki hasrat untuk menjadi satu dengan lingkungan alamnya (Tim Masmedia Pustaka Buana : 3). Berdasarkan hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa tidak ada satupun manusia di dunia yang bisa hidup sendiri tanpa ditemani oleh manusia lainnya serta, manusia dalam menjalani hidupnya perlu interaksi juga dengan alam sekitarnya. Sebagai mahluk sosial, manusia juga perlu menjalani hidup secara berkelompok dimana harapannya ialah agar semua aktivitas manusia tersebut dapat dengan mudah dikerjakan serta sebagai upaya untuk lebih memahami karakter masing-masing individu di dalam kelompok pada setiap interaksi sesamanya.
Kelompok adalah sekumpulan manusia, sedangkan sosial adalah masyarakat. Jadi, kelompok sosial dapat diartikan sebagai kumpulan manusia yang lebih dari dua orang untuk melakukan suatu interaksi dalam masyarakat (Tim Masmedia Pustaka Buana : 3). Adapun menurut beberapa sosiolog, Soerjono Soekanto dalam Yad Mulyadi (2016) menyebutkan bahwa “Kelompok Sosial merupakan kesatuan manusia yang hidup bersama, berhubungan secara timbal balik dan saling memengaruhi. Selanjutnya menurut Horton, dalam Yad Mulyadi (2016) menyebutkan bahwa “ Kelompok Sosial merupakan setiap kumpulan orang yang memiliki kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi”.
Berbicara mengenai kelompok sosial, Yad Mulyadi (2016) menjelaskan bahwa “Ilmu sosiologi memiliki pengertian yang khusus tentang kelompok sosial. Tidak semua himpunan atau kumpulan orang-orang seperti penumpang kereta api dan orang-orang yang sedang mengantar sembako dikatakan kelompok sosial”. Orang yang menjadi penumpang kereta api umumnya merupakan individu yang memang bertujuan untuk pergi atau kembali dari sebuah tempat, namun ada juga penumpang yang memang berkelompok ketika menjadi penumpang kereta api, seperti para siswa dan para pekerja perusahaan. Jika berbicara mengenai orang yang sedang mengantar sembako, maka yang menjalankan interaksi secara berkelompok adalah petugas pengantar sembako tersebut, dan beberapa penerima sembako yang berasal dari satu desa atau sebuah organisasi.
J. A. A. Van Doorn, membagi kelompok sosial atas dua kelompok, yaitu kelompok informal dan kelompok formal. Kelompok Informal adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur atau organisasi tertentu. Kelompok ini biasanya terbentuk karena pertemuan yang berulang-ulang. Misalnya kelompok belajar dan kelompok diskusi. Sedangkan, Kelompok Formal merupakan kelompok yang mempunyai peraturan-peraturan yang tegas dan sengaja diciptakan para anggotanya untuk mengatur hubungan di antara mereka. Misalnya memilih ketua kelompok dan menetapkan adanya iuran anggota. Contohnya ialah perkumpulan pelajar, mahasiswa, instansi, pemerintah, partai politik, organisasi massa, dan perusahaan (Murdiyatmoko : 75)
Bagaimana dengan contoh yang telah dijelaskan mengenai semua penumpang kereta api dan orang-orang yang sedang mengantar sembako ? para penumpang kereta api adalah contoh kelompok informal sedangkan orang-orang yang mengantar sembako adalah contoh dari kelompok formal.
Sumber:
Mulyadi, Yad. 2016. Sosiologi SMA Kelas XI. Jakarta : Yudhistira
Murdiyatmoko, Janu. 2008. Sosiologi: Memahami dan Mengkaji Masyarakat untuk Kelas XI SMA/MA Program IPS. Bandung: Grafindo Media Pratama
Tim Masmedia Buana Pustaka. 2014. Sosiologi Untuk SMA/MA Kelas XI. Sidoarjo: Masmedia